9 Kebohongan Toko Kamera (Part 1)

Reading time:
September 12, 2010

Fotografi adalah salah satu bidang seni yang paling banyak dipenuhi mitos dan “fakta” yang tidak pernah terbukti kebenarannya. Biasanya Anda mendengar mitos ini saat berada di toko kamera, meskipun hal ini tidak selalu salah penjual di toko. Seringkali mitos ini berawal dari produsen kamera untuk mendukung promosi tipe kamera baru yang akan dipasarkan, dan berangsur-angsur beberapa mitos berubah menjadi kebohongan.

Kebohongan ini bukan berarti penipuan. Kebanyakan memang bermula dari fakta, tetapi kemudian dibesar-besarkan atau ditutup-tutupi sebagian sehingga memberi dampak yang lebih kuat. Dalam artikel ini Anda dapat membaca 9 hal yang paling sering terdengar saat kita berkunjung ke toko kamera, dan alasan mengapa Anda perlu lebih skeptis mengenainya.

1. Megapixel = Kualitas

CameraShopMyth12

Ya, mari memulai dengan kebohongan yang paling populer, yaitu bahwa megapixel lebih tinggi, lebih baik. Megapixel adalah satuan resolusi sensor, dan memang nilai ini merupakan hal pertama yang disebut pada setiap spesifikasi kamera. Pada suatu masa, memang produsen saling mengadu nilai megapixel tertinggi. Namun, jika ada yang mengatakan, “Kamera ini lebih baik karena memiliki 14 megapixel, kamera itu hanya 12 megapixel” maka Anda perlu waspada.

Sebenarnya tidak salah jika dibilang megapixel memengaruhi kualitas, tetapi harus dalam skala besar. Megapixel mencakup luas sensor. Karena itu, untuk mendapatkan detail yang 2x lebih baik secara teori Anda membutuhkan nilai megapixel yang 4x lebih besar. Misal sebelumnya 10 megapixel, Anda membutuhkan 40 megapixel. Ini berlaku untuk kamera dengan tipe yang sekelas.

Jadi, apa memang Anda membutuhkan extra 2 megapixel pada foto Anda? Kemungkinan besar jawabannya “Tidak”. Kamera saku terkini rata-rata memiliki 12 megapixel, sementara DSLR memiliki 15 megapixel. Kedua nilai ini sudah sangat tinggi dan extra 2 megapixel tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan.

2. ISO 5000! ISO 10000!

CameraShopMyth2
Setelah melewati fasa “Perang Megapixel”, produsen kamera kini memasuki fasa “Perang ISO”. Ya, ISO, yang merupakan satuan sensitivitas kamera, didorong sampai batas-batas tidak masuk akal. Salvo pertama dimulai oleh Nikon dengan D3S yang dapat memotret sampai ISO 102.400, sekitar 32x lipat lebih tinggi dari kamera normal. Semakin ke sini, semakin banyak kamera saku yang menjanjikan pemotretan sampai ISO 3200 atau ISO 6400.

Kami tidak mengatakan bahwa ISO tinggi itu buruk. Pada saat gempa di Padang 2009 lalu, semua listrik mati sehingga banyak jurnalis yang merasakan manfaat ISO tinggi saat dokumentasi seperti pada foto ini. Tetapi, yang mereka gunakan adalah kamera puluhan juta rupiah. Pada kamera saku dengan harga 3 juta rupiah, kemungkinan besar kamera hanya dapat memotret secara efektif sampai ISO800. Memang Anda dapat mengubah ke angka yang lebih tinggi, tetapi bukan berarti kamera akan memberikan hasil bagus.

3. Anda butuh lensa telephoto

CameraShopMyth3
Setelah membeli DSLR Anda, seorang petugas toko yang baik akan menawarkan tambahan lensa telephoto. “Baik” dalam arti baik dalam menjual, bukan berarti baik ke pelanggan. Jika Anda termakan bujukan ini, kemungkinan besar Anda akan menukar lensa tersebut dalam beberapa bulan dengan lensa yang lebih mahal lagi.

Lensa telephoto memungkinkan Anda memotret objek-objek jauh dengan detail. Namun, jika Anda salah memilih lensa, efektivitas lensa tele menjadi terbatas. Sebuah survei mengatakan bahwa 90% penggunaan kamera dilakukan dalam ruangan atau saat malam hari, yang berarti kondisi pencahayaan tidak ideal. Jika anda memilih lensa telephoto yang terjangkau, kisaran 2-3 juta rupiah, maka lensa itu biasanya tidak dirancang untuk penggunaan dengan cahaya kurang. Dalam kondisi pencahayaan tidak ideal, lensa tele terjangkau biasanya memberi respon lambat atau gambar yang blur. Jika ingin telephoto yang yang baik, bersiaplah mengeluarkan uang 2-4 kali lipat nilai tersebut. Dengan dana sekian besar, Anda bisa mendapatkan lensa tele dengan aperture besar dan Anti Shake (peredam getar). Jadi, sudah cukup dong? Tidak juga, Anda perlu mengingat mitos berikutnya…

4. Dengan Anti Shake pasti tajam

CameraShopMyth4

Image Stabilizer, Vibration Reduction, SteadyShot. Itu adalah julukan sebagian produsen untuk sebuah sistem serupa: peredam getar. Peredam getar meredam goncangan tangan Anda sehingga memberikan hasil tajam. Feature ini dapat dibilang wajib dimiliki jika Anda ingin menggunakan lensa tele karena saat menggunakan lensa tersebut setiap gerakan kecil berpengaruh berkali lipat. Dan semua sistem peredam getar produsen kamera dapat bekerja dengan baik.

Namun, Anda perlu ingat bahwa sistem tersebut tidak meredam gerakan subjek sehingga sebaik-baiknya teknologi yang ada pada kamera, Anda masih perlu belajar bagaimana memaksimalkannya. Dengan membeli lensa atau bodi yang lebih mahal, bukan berarti foto Anda tidak akan gagal.

5. “Ini lensa Jerman”

CameraShopMyth5b

Carl-Zeiss, Leica, Schneider-Kreuznach. Ini adalah beberapa merek Jerman yang sukses merambah ke era digital. Banyak merek Jerman menikmati posisi sebagai merek premium saat fotografi film (analog), tetapi gagal bersaing dengan perkembangan teknologi Jepang di era digital. Lalu, yang sukses berarti produknya bagus dong? Satu hal yang perlu Anda ketahui, rahasia kesuksesan merek Jerman di era digital adalah dengan bekerja sama dengan … produsen Jepang.

Ya, beberapa produsen Jerman dapat tetap bersaing dengan memasarkan produk Jepang di bawah merek mereka. Leica D-Lux 4 adalah salah satu contoh. Produk tersebut sebenarnya sama persis dengan Panasonic LX3. Beberapa merek Jerman bahkan tidak lagi memasarkan, hanya menerima royalti dari produsen Asia sehingga produk mereka dapat dipasarkan dengan merek Jerman. Taktik pemasaran seperti ini terbukti efektif, tetapi Anda jangan menilai sebuah kamera lebih baik hanya karena ada merek Jerman tercantum padanya.

Baca 4 kebohongan lain dalam part 2 list ini.

Share
Load Comments

Gadget

July 10, 2025 - 0

Fossil Hadirkan Dua Jam Tangan Kolaborasi Marvel Fantastic Four

Fossil mengumumkan hadrinya dua jam tangan eksklusif hasil kolaborasi Marvel…
June 18, 2025 - 0

Review “Singkat” Samsung Galaxy S25 Edge: Smartphone Pemicu Pro-Kontra! Sebaik/Seburuk Itu?

Ini hape yang memicu Pro-kontra.  Banyak orang, bahkan kami pun…
June 17, 2025 - 0

Review Amazfit Active 2 Square: Smartwatch “Kotak” yang Klasik, Canggih, dan Baterai Awet!

Kalian sedang cari smartwatch bentuk kotak yang canggih, baterai irit,…
June 17, 2025 - 0

Review Huawei nova 13 Pro: Kamera Selfie Terbaik, Desain Keren!

Huawei nova akhirnya balik lagi ke Indonesia! Ini adalah smartphone…

Laptop

October 11, 2025 - 0

Review Axioo Hype 5 AMD X6 Setelah 6 Bulan: Tetap Tangguh & Kencang Seperti Baru?

Jujur, kami ini bukan peramal! Ya, kami bukan peramal yang…
October 1, 2025 - 0

Seri Mengenal Laptop Gaming Part 1: Laptop Tanpa Ini, Bukan Laptop Gaming! feat. HP OMEN MAX 16

Kalau ngomongin soal laptop gaming, kebanyakan orang hanya melihat ke…
September 29, 2025 - 0

Podcast: Apa Hebatnya Laptop AI? Buka-Bukaan dengan ASUS!

Belakangan ini kata “Laptop AI” semakin sering kedengaran. Biasanya ini…
September 24, 2025 - 0

Review ASUS Gaming V16 (V3607VM) 2025: Kombo Kencang-Terjangkau Buat Main Game dan Kerja

  Jujur deh ASUS, kalian bikin Laptop Gaming atau Laptop…

Gaming

October 10, 2025 - 0

Battlefield 6 Kedatangan Map Populer Call of Duty Berkat Fitur Portal

Kekuatan fitur Portal di Battlefield 6 yang mampu bantu pemain…
October 10, 2025 - 0

Film Minecraft Berikutnya Dapatkan Tanggal Rilis

Sekuel untuk film adaptasi game tersukses tahun ini, A Minecraft…
October 10, 2025 - 0

Mantan Director Xbox Angkat Suara Soal Kenaikan Harga Game Pass

Mantan Director Xbox Project Laura Fryer ungkapkan pendapatnya soal kenaikan…
October 10, 2025 - 0

Battlefield 6 Berikan Bonus XP Tertinggi Untuk Pemain di PS5

Secara mengejutkan, Battlefield 6 berikan keistimewaan untuk gamer di PS5…