Sekolah Harus Belajar dari Video Game
Seberapa banyak dari kita yang secara jujur mengakui bahwa sekolah adalah kegiatan yang tidak menyenangkan? Saya yakin beberapa dari Anda sedang tersenyum atau mengangguk sekarang. Banyak dari kita yang berbagi pengalaman yang sama. Menjadi sangat ironis karena penelitian sendiri membuktikan bahwa cara tercepat untuk mempelajari sesuatu adalah dengan menghadirkannya di dalam situasi yang menyenangkan.
Seorang linguist dari National Science Foundation Arizona State University, James Paul Gee membenarkan hal itu. Menurutnya, pada dasarnya kegiatan “mempelajari” dari manusia merupakan kegiatan yang sama menyenangkannya dengan makan, bahkan seks. Bahwa manusia menemukan sesuatu yang membuatnya senang dari belajar. Namun entah kenapa, sekolah sebagai tempat belajar justru mengambil kesenangan itu. Namun, dunia menemukan cara untuk mengembalikan kesenangan itu, yakni melalui video games.
Gee sendiri mengakui bahwa video game menawarkan pembelajaran dalam setting yang tepat, yakni menyenangkan. Lantas apa yang membuat Gee berpikir sekolah harus belajar dari video game?
Gee mengatakan bahwa kesenangan awal manusia akan belajar dapat ditemukan di video game karena efek resiko gagalnya yang rendah, cukup bertolak belakang dengan sekolah. Video game menyadari jika resiko kegagalan di dalamnya terlalu besar, maka para pemain tidak akan berusaha mengeksplorasi, mengambil resiko, mencoba sesuatu yang baru, atau bahkan berpikiran sempit karenanya. Karena itu video game mengecilkan resiko itu dengan memberikan sistem checkpoint dan hero yang bisa kembali hidup setelah mati, misalnya.
Secara tidak langsung dengan sistem seperti itu, video game kemudian mengajarkan kepada pemainnya, “Kenapa tidak mengambil sedikit resiko?”, “Kenapa tidak mengeksplorasi segala sesuatunya?”, “Kenapa tidak duduk dan memikirkan cara yang baru untuk mencapai tujuan?”. Berbeda dengan sekolah yang hanya meminta Anda duduk dan menyerap pelajaran begitu saja. Sekolah memberikan kepada Anda pengetahuan tentang “Ini yang harus Anda lakukan.”, sementara video game memberikan Anda kebebasan berpikir tentang “Bagaimana Anda akan melakukannya?”
Gee juga menyatakan bahwa video game membuat Anda lebih cerdas untuk tidak terlalu terburu-buru mengejar tujuan yang belum pernah Anda pikirkan sebelumnya. Anda akan memilih untuk mengeksplorasi lebih jauh, melihat berbagai kemungkinan, dan memikirkan ulang tujuan. Game-game modern yang mengfokuskan diri pada gameplay multiplayer dengan karakter yang banyak dan skill berbeda juga akan memberikan kemampuan untuk mengintegrasikan variabel-variabel yang berbeda menjadi satu, seperti halnya ilmu pengetahuan.
Ini yang ditawarkan video game. Pemain dimasukkan ke dalam suatu situasi, diberikan informasi yang cukup, diberikan alat untuk mencapai tujuannya, lalu dilepaskan untuk berpikir sendiri untuk mencapai tujuan. Kegagalan bukan sebuah hukuman, tetapi penguat kemampuan berpikir kreatif.
Bagaimana dengan pendapat Anda sendiri? Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan Gee?