Blogger Dituntut Karena Mengkritik Sebuah Restoran
Seiring dengan berjalannya waktu, makanan telah bertambah fungsinya. Selain sebagai pemenuh kebutuhan biologis, bagi beberapa orang makanan pun menjadi sebuah hobi. Baik bagi mereka yang senang memasak dan bereksperimen dengan kombinasi bumbu dan bahan yang ada, hingga yang hanya senang mencoba masakan-masakan unik dan rumah makan baru. Tentunya bagi para food enthusiast ini, banyak cerita yang dapat mereka bagikan kepada orang banyak; dari rasa, porsi, pelayanan, hingga lokasi dan setting rumah makan.
Tetapi berbagi pengalaman kuliner tidak selalu merupakan ide yang baik. Dibalik milyaran jenis makanan yang tersedia, tidak semuanya memiliki cerita yang menarik, bahkan di antaranya menyimpan kisah yang tidak menyenangkan dan menjijikkan. Mungkin bagi kita pengalaman kuliner yang tidak menyenang ini harus dibagikan kepada banyak orang agar mereka tidak mengalami hal yang sama, dan kritikan dari pelanggan dapat membantu rumah makan untuk menjadi lebih baik. Namun, pemikiran mereka yang menerima kritikan tersebut belum tentu sama.
Seorang blogger baru-baru ini dituntut oleh cabang restoran Benihana di Kuwait karena memberikan kritikan buruk. Awalnya, blogger tersebut memuji keramahan para staff pelayan, tetapi kemudian ia mengkritik satu hal yang menjadi esensi dan kekuatan utama sebuah restoran, yaitu makanannya. Dari saus teriyaki yang kurang kental hingga daging ayam yang setengah matang. Tidak cukup sampai disitu, sang blogger pun mengatakan lebih memilih untuk datang ke dua restoran lain di daerah tersebut, yaitu Wasabi dan Maki, dibanding kembali ke Benihana.
Merespon kritikan sang blogger, Benihana pun menuntut penutupan blog tersebut dan pembayaran ganti rugi sebesar $17.500. Hanya saja, usaha ini nampaknya akan gagal. Selain mendapat banyak dukungan dari sesama blogger, hukum di Kuwait biasanya lebih memihak kepada Jurnalis dalam kasus-kasus pencemaran nama baik seperti ini.
Banyak yang tidak menyangka bahwa sebuah blog dapat menyinggung orang-orang yang salah dan menyeret penulisnya ke dalam sebuah pengalaman yang tidak menyenangkan. Maka dari itu, kita harus hati-hati dalam memilih cerita dan kata-kata yang kita gunakan di dalamnya.