Review Dead Space II: Rasa Takut itu Terus Berlanjut!
Dead Space memang pendatang baru di industri game. Mengusung genre survival-horror yang saat itu dikuasai beberapa judul game “raksasa” seperti Silent Hill dan Resident Evil, Dead Space sempat mendapatkan predikat underdog, sebuah game yang tidak diperhitungkan sama sekali. Sebagian besar gamer melihatnya sebagai hasil produk yang akan asal lewat saja tanpa sedikitpun mampu menyaingi game-game yang sudah tenar pada saat itu. Hasilnya? Dead Space berhasil membuktikan dirinya di industri game yang kompetitif. Mengusung plot dan setting yang unik dan baru, game buatan Visceral Games ini berhasil membuat banyak gamer merasakan ketakutan yang sesungguhnya. Memainkan game ini di dalam kegelapan kamar yang sunyi akan membuat Anda pipis di celana, tetapi dengan perasaan gembira. No kidding!
Kesuksesan tersebut tentu saja membuat Visceral Games dengan Dead Space-nya menjadi sangat diperhitungkan. Berbekal kesuksesan tersebut, tidak heran kemudian mereka membuat sekuel untuk melanjutkan ketakutan tersebut. Dead Space 2 baru saja dirilis di akhir bulan Januari 2011 kemarin dan untungnya sempat mampir di meja kerja kami. Ada ketakutan dan ketegangan untuk sekedar mulai memainkannya, ada kecemasan untuk tidak dapat berhenti mencobanya, dan ada kegembiraan untuk melihat kembali perjuangan sang Isaac Clarke untuk sekedar mempertahankan hidup. Hasilnya? Tidak ada satupun ekspektasi kami yang dikecewakan. Dead Space 2 adalah simbol ketakutan yang sebenarnya. Mengapa?
Plot dan Setting
Dead Space 2 menggunakan settingan waktu 3 tahun setelah ending Dead Space yang pertama. Sang tokoh utama kita yang pemberani (atau bisa dikategorikan nekat) Isaac Clarke akhirnya berhasil lolos dari insiden USG Ishimura yang mengharuskannya melawan ratusan ras alien bernama Necromorphs. Terdampar di luar angkasa bersama shuttle ships dengan ditemani pikiran yang sudah mulai twisted, Clarke mencoba untuk bertahan hidup. Namun apa daya, Clarke akhirnya harus menyerah dan kehilangan kesadarannya.
Secara mengejutkan, Clarke terbangun di dalam sebuah tempat penelitian dalam kondisi yang terikat ketat seperti seorang pasien dengan penyakit jiwa. Lebih buruknya lagi, karakter utama kita sepertinya memang diciptakan dengan karakteristik sebagai sebuah magnet masalah yang mumpuni. Belum sempat mengumpulkan kesadaran, Necromorphs sudah membanjiri fasilitas tersebut dan membunuh semua penghuni di dalamnya, membuat Clarke sekali lagi harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Horor telah dimulai.
Seiring dengan permainan yang terus berkembang, Clarke akan mulai mempelajari dan mengenali apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bertempat di Sprawl, kota Metropolis padat yang terletak di Titan – bulan terbesar dari Planet Saturnus, Clarke mulai mengumpulkan kepingan-kepingan memori dan berusaha memahami apa yang sedang terjadi selama absensi kesadarannya yang ternyata sudah berjalan selama tiga tahun. Tidak hanya Sprawl saja, Clarke juga diharuskan untuk “bernostalgia” dengan menjelajahi USG Ishimura yang sempat menjadi mimpi buruknya. Untungnya kali ini Clarke akan “ditemani” oleh beberapa karakter lain yang juga berusaha untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sama. Teman-teman yang tidak akan segan untuk membunuh Clarke.
Beberapa pertanyaan besar mengenai franchise Dead Space secara keseluruhan akan mulai terjawab di seri ini. Jika Anda pernah memainkan seri pertamanya dan cukup bingung dengan plot cerita yang dihadirkan, Dead Space 2 akan memberikan sedikit pencerahan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang membuat Necromorphs menyerang Sprawl? Apakah ini berhubungan The Marker – teknologi alien yang dianggap sebagai Tuhan tersebut? Apakah benar para fanatis dari Unitologisme juga punya andil di dalam kekacauan ini? Dan yang terpenting, bagaimana jika Clarke sebenarnya adalah “arsitek” dari musibah ini? Semuanya akan terjawab seiring dengan progress Anda memainkan Dead Space 2.