Pengaruh Bencana di Jepang terhadap Industri Game
Seluruh dunia terkejut ketika kabar sedih terdengar dari pelosok timur dunia. Salah satu negara yang berhasil menyumbangkan begitu banyak kemajuan teknologi kepada generasi manusia saat ini, Jepang, harus menghadapi bencana katastropik yang tak kenal ampun. Gempa sekuat 9.0 skala Richter yang menyebabkan tsunami raksasa membuat daerah pesisir timur Jepang hampir rata dengan tanah. Negara tersebut jatuh dalam kondisi terlemahnya. Ekonomi menurun, kerugian material dalam jumlah besar, dan tentunya jumlah korban tewas yang mencapai angka ribuan. Terlepas dari semua masalah yang terjadi, cukup banyak gamer yang khawatir dengan industri game yang berkembang pesat di negeri matahari terbit tersebut. Bagaimana nasibnya?
Tidak dapat dipungkiri, Jepang memang merupakan surga dan tanah kelahiran industri game itu sendiri. Berbagai perusahaan internasional yang bergerak di bidang ini, sebutlah Nintendo, Sony, Sega, dan masih banyak perusahaan besar lainnya tumbuh dan berkembang dari negara kepulauan ini. Apakah bencana ini mempengaruhi mereka secara signifikan? Apakah ada game-game Jepang yang tertunda karenanya?
Untungnya, bencana dahsyat ini tidak mempengaruhi industri game secara keseluruhan karena sebagian besar dari mereka berpusat di daerah yang jauh dari lepas pantai Jepang. Nintendo adalah yang pertama memberikan kabar tentang keadaan mereka. Melalui twitter, Nintendo menuliskan, “Thanks for you concern! During the earthquake, no one at Nintendo in Japan was injured and there was no apparent structural damage”. Posisi yang jauh dari lokasi tsunami dan desain bangunan yang diadaptasikan untuk menghadapi gempa menjadi penyelamat mereka.
Yang menjadi masalah adalah keterbatasan sumber energi yang tersedia di Jepang. Gempa yang besar tersebut berhasil “menumbangkan” beberapa sumber energi utama untuk semua aktivitas elektronik di Jepang. Ledakan di reaktor nuklir Fukushima memicu kekhawatiran kebocoran di sumber energi nuklir yang lain sehingga mendesak pengambilan keputusan untuk melakukan pendinginan sementara. Akibatnya? Jepang mulai memasuki fase krisis energi di tahap awal. Warga Jepang pun mengemban kewajiban untuk menghemat energi yang ada. Industri game terlibat di dalamnya.
Square Enix dan Konami berpartisipasi dalam proses penghematan energi ini. Square Enix memutuskan untuk mematikan sementara server untuk Final fantasy XI, Final Fantasy XIV, dan PlayOnline. Sementara itu, Konami menonaktifkan server untuk game tersukses mereka, Metal Gear Online. Dengan langkah ini, Jepang akan memiliki cadangan energi yang jauh lebih banyak untuk dialokasikan ke sektor yang jauh lebih penting. Satu hal yang membuat saya tersentuh, tidak ada satu pun gamer yang mengajukan keberatan atas langkah yang diambil oleh kedua perusahaan besar di industri game ini. Sebuah sikap sederhana yang memperlihatkan bahwa kita sebagai gamer juga memiliki rasa simpati dan empati yang mendalam untuk mereka yang sedang mengalami kesulitan.
Perusahaan-perusahaan besar di industri game juga memberikan bantuan yang tidak sedikit untuk mempercepat pemulihan Jepang ini. Nintendo sendiri dikabarkan menyumbang sekitar 300 juta yen. Namco Bandai Group memberikan 100 juta yen sebagai bentuk kepedulian mereka. Sony yang masih mampu mempertahankan loyalitas penggemarnya di dalam negeri tidak ragu untuk memberikan 300 juta yen dan 30.000 radio sebagai bantuan.
Untuk semua yang terjadi di Jepang dan untuk semua yang kehilangan segala sesuatunya karena gempa dan tsunami besar tersebut, kami – JagatReview mengungkapkan rasa belasungkawa yang sebesar-besarnya sekaligus mengirimkan getar optimisme kepada Jepang untuk bangkit kembali. Kami yang sebagian besar sering menikmati produk kreatif Jepang, yakin ada semangat pantang menyerah di tubuh kecil mereka.