Mengapa TV 3D Belum Laris?
Sejak tahun 2010, popularitas teknologi 3D di Indonesia memang terus meningkat. Sejak hadir di beberapa bioskop, beberapa peminat mengaku ingin menikmati konten 3D tersebut di rumahnya masing-masing. Sayangnya, harga yang masih tergolong tinggi membuat para peminat tersebut mengurungkan niatnya. Dengan berkembangnya teknologi dan semakin banyaknya vendor yang bermain di pasar TV 3D ini, produk-produk tersebut akhirnya mengalami penurunan harga. Namun, hal tersebut ternyata tidak meningkatkan jumlah penjualan TV 3D tersebut. Apa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi? Mari kita simak ulasannya di bawah ini.
Di sela-sela peluncuran Cinema 3D TV, LG banyak membeberkan alasan di balik lesunya bisnis TV 3D. Menurut mereka, ada 3 faktor utama. Pertama, saat menikmati konten 3D, banyak pengguna yang mengaku merasa pusing dan mual. Hal tersebut dapat saja terjadi karena tampilan yang ada di layar mengalami Flickering.
Kacamata khusus 3D yang biasanya digunakan juga menjadi faktor di balik kegagalan TV 3D di tahun 2010. Biasanya, kacamata tersebut menggunakan baterai yang akhirnya membuat perangkat tersebut terasa berat. Saat ini, beberapa pengembang telah mengembangkan kacamata khusus yang dapat bekerja tanpa harus dipersenjatai baterai. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan lapisan khusus di bagian lensa kacamata.
Faktor terakhir adalah mahalnya konten 3D. Di tahun 2010, konten 3D yang beredar masih belum begitu banyak. Walaupun ada, konten tersebut masih dijual dengan harga relatif mahal. Hal tersebut membuat para peminat berpikir dua kali sebelum membeli TV 3D.
Saat ini, para vendor sudah banyak yang bermain di pasaran TV 3D. Teknologi 3D juga sudah dibuat senyaman mungkin untuk para penggunanya. Apakah di tahun 2011 ini, TV 3D akan mulai diburu? Kita nantikan saja perkembangannya.