Lenovo Media Roundtable: Pasar Terbuka terhadap Teknologi dan Ide Baru
Siang ini kami mendapat undangan dari Lenovo untuk menghadiri media roundtable yang bertempat di Immigrant, Plaza Indonesia. Dalam kesempatan tersebut, Lenovo memaparkan hasil survei terhadap perusahaan mengenai tren pembelian PC dan melihat hak-hal yang dibutuhkan saat ini. Hasil survei ini dilakukan oleh Lenovo, ZDNet, dan Connection Research. Survei tersebut bertujuan untuk mengungkap dampak krisis keuangan global tahun 2009 terhadap penggantian dan upgrade PC, pertimbangan-pertimbangan utama untuk pembelian PC, dan tren-tren teknologi dan korporat baru, seperti kebijakan standarisasi PC, efisiensi energi, dan cloud computing.
Survei dilakukan terhadap 329 pengambil keputusan TI dari perusahaan-perusahaan dengan karyawan lebih dari 500 orang di seluruh kawasan ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina) dan dilakukan di bulan November-Desember 2010. Laporan tersebut mengamati tren dan praktik pembelian PC, kebijakan efisiensi energi, dan perilaku terhadap teknologi-teknologi baru, seperti cloud computing, di kawasan ASEAN. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar pada umumnya terbuka terhadap teknologi dan ide baru dengan perhatian terfokus ke masa depan.
Level C Mempertimbangan lebih dari Sekadar Harga
Manajemen senior (level-C) adalah pihak yang paling berpengaruh dalam pembelian PC, dengan sepertiga (35,9%) responden mengatakan bahwa mereka adalah pengambil keputusan terakhir. CIO dan manajer TI adalah pihak terpenting kedua. Lebih dari setengah responden mengatakan bahwa CIO dan manajer TI memiliki pengaruh besar dalam pengambilan keputusan pembelian.
Pertimbangan-pertimbangan utama yang mempengaruhi keputusan mereka adalah kualitas layanan purnajual (38,6%) dan kompatibilitas perangkat dengan aplikasi-aplikasi terbaru (35%). Faktor-faktor lainnya meliputi harga (28%), kemampuan untuk menjalankan aplikasi-aplikasi masa depan (26,6%), dan biaya kepemilikan total atau Total Cost of Ownership/TCO (19,8%).
Kontrol, Pilihan, dan Kepemilikan dalam Organisasi/Perusahaan Besar
Berbagai kebijakan tentang pembelian PC ada di perusahaan-perusahaan besar, mulai dari keputusan yang ditentukan oleh pusat untuk mengadopsi merek tunggal guna menjamin keseragaman dan pengelolaan (39,2%), hingga pendekatan fleksibel yang memberikan kesempatan kepada karya untuk memilih brand PC (13,1%). Meskipun demikian, pendekatan yang paling fleksibel, yang ada di sekitar 8,2% perusahaan, menggunakan pendekatan kepemilikan bersama dengan menyisihkan dana bagi para pegawai untuk membeli PC mereka sendiri.
Green Procurement Diharapkan Meningkat
Survei tersebut mengungkapkan bahwa praktik-praktik akuisisi seperti kebijakan-kebijakan mengenai green procurement yang konsisten hanya dilakukan oleh sekitar 16,7% responden. Hanya sepertiga (33,4%) dari organisasi/perusahaan responden mengomunikasikan kebijakan yang ketat bahwa karyawan harus mematikan PC mereka setelah jam kerja, dan kurang dari seperempat (20,7 %) responden benar-benar membuang sampah elektronik mereka dengan cara yang ramah lingkungan.
Meskipun demikian, terdapat peningkatan tren ke arah praktek green procurement. Sekitar 21% responden berharap adanya peningkatan jumlah organisasi yang mulai melakukan sertifikasi “hijau”, seperti GreenGuard, EPEAT, dan ENERGY STAR untuk kebijakan-kebijakan pembelian mereka.
Lenovo adalah perusahaan pertama yang menerima EPEAT Gold Certification (2006) untuk monitor komputer dan menjadi produsen PC pertama yang menawarkan jajaran lengkap monitor ThinkVision dengan rating EPEAT Gold. Saat ini, semua monitor Lenovo ThinkVision memenuhi persyaratan program ENERGY STAR. Lebih dari 25 PC bisnis Think Lenovo memenuhi persyaratan ENERGY STAR.
Selain itu, Lenovo juga membicarakan mengenai cloud computing. Walaupun responden pada umumnya sadar akan tren-tren baru teknologi PC, tren yang paling ditunggu-tunggu adalah perangkat yang menawarkan konektivitas di mana saja dan akses data yang aman, baik melalui teknologi-teknologi terbaru atau melalui cloud computing. Seperempat responden percaya bahwa perangkat-perangkat seperti itu memiliki berbagai implikasi di masa depan.
Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa komputasi cloud computing adalah sebuah perkembangan penting. Hampir dua-pertiga (65,6%) responden mengakui bahwa cloud computing menjadi tren di masa depan. Akan tetapi, masih banyak yang tidak yakin dengan pendekatan yang ada saat ini dan lebih memilih untuk mengelola sendiri pemprosesan dan data mereka (70,2%). Sepertiga (36,2%) masih enggan memercayakan data mereka kepada cloud computing.