NostalGame: Thousand Arms
Pada masa kejayaannya dulu, Playstation memang menghadirkan jajaran game RPG berkualitas yang sampai sekarang sulit ditandingi. Tidak hanya menawarkan sekadar kualitas grafis atau desain, pada masa tersebut lahir berbagai inovasi-inovasi segar untuk menghasilkan game RPG paling unik diantara yang lainnya. Berdampingan dengan franchise besar seperti Final Fantasy, game-game RPG yang lahir dari developer yang lebih kecil ternyata banyak yang menawarkan kualitas yang tidak kalah baiknya. Salah satu yang terunik dan begitu membakar di memori kepala, Thousand Arms.
Game yang dikembangkan oleh Atlus ini memang menawarkan hal yang jauh berbeda. Menggabungkan konsep RPG dengan love-simulation yang sedang tren di kala itu, Thousand Arms tidak hanya menawarkan sebuah konsep RPG yang biasa. Anda diharuskan untuk menjalin hubungan spesial dengan karakter wanita yang ada untuk mendapatkan equipment yang lebih kuat. Semakin kuat hubungan Anda, semakin kuat pula equipment yang dihasilkan. Jika saya tidak salah ingat, Thousand Arms juga merupakan game RPG pertama saya yang memberikan kesempatan untuk memilih respon terhadap sebuah percakapan. Voice acting yang dihadirkan juga termasuk inovatif di kala itu.
Hal pertama yang membuat saya tertarik untuk memainkan Thousand Arms sebenarnya jauh dari keinginan merasakan pengalaman bermain game ini. Rumor di seputar sekolah yang menggerakkan saya. Di saat tren musik pop Jepang sedang menjadi “hip” di telinga anak-anak muda di kala itu, nama Ayumi Hamazaki boleh jadi menjadi yang paling dikagumi. Saya juga tidak lepas dari hadirnya tren ini. Ketika teman-teman mulai membicarakan bahwa salah satu lagu Ayumi Hamasaki, “Depends on You” menjadi soundtrack utama game RPG di Playstation, maka semuanya tentu berlomba untuk segera memainkannya. Semua anak di sekolah di saat itu terpapar oleh “kecentilan” Thousand Arms dalam meramu sebuah dunia RPG yang tidak biasa.
Plot
Garis utama cerita yang ditawarkan Thousand Arms berkisah tentang kehidupan Meis Triumph, anak dari Spirit Blacksmith terkemuka di kota Kant. Namun ketika perang berkecamuk di kotanya akibat serangan dari Dark Acolytes, ayah dari Meis meninggalkan kota tersebut begitu saja tanpa memberikan perlawanan apapun. Bahkan Meis yang baru belajar menjadi seorang spirit blacksmith juga ditinggalkan begitu saja.
Dalam keadaan kelaparan dan kelelahan, Meis yang mata keranjang kemudian bertemu dengan Sodina. Ditampung oleh Jyabil, kakak Sodina yang juga seorang spirit blacksmith yang sudah sangat berpengalaman, Meis kemudian perlahan-lahan belajar menjadi seorang blacksmith yang tangguh. Belajar menyatukan perasaannya dengan sang pedang, Meis dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar, menghentikan konspirasi raksasa Dark Acolytes untuk menguasai dunia. Di sinilah petualangan kita dimulai, belajar tentang kebenaran, bertemu dengan beragam karakter, menempa pedang terkuat, dan lebih banyak wanita untuk didekati, pastinya!