Golden Goal: “Cita Rasa” Baru Perfilman Indonesia
Beberapa hari yang lalu, saya membahas mengenai film Indonesia bergenre drama romantis besutan Rizal Mantovani, Pupus. Sebagai film Indonesia bergenre non-horor, bagi saya film tersebut bisa dikategorikan layak tonton dan memberikan hiburan tersendiri khususnya bagi kaum hawa. Kali ini, saya akan membahas sebuah film komedi bertema sport berjudul Golden Goal.
Pertama kali mendengar judul film ini, saya tidak menyangka jika ini adalah film Indonesia. Apalagi, nama-nama pemain yang tertera di posternya didominasi dengan nama-nama pemain asing. Saya benar-benar sadar ini adalah film Indonesia saat membaca dua nama yang cukup saya kenal, Nova Eliza dan Tio Pakusadewo. Golden Goal merupakan sebuah film dengan konsep yang cukup unik yang belum pernah ada sebelumnya. Jika Anda pernah menyaksikan film Shaolin Soccer (2001), mungkin film ini akan sangat mengingatkan Anda kepada film yang dibintangi Stephen Chou dan Wei Zhao tersebut. Secara keseluruhan, bingkai ceritanya sama, namun memiliki perbedaan jalan cerita.
Film ini berkisah mengenai dunia persepakbolaan sebuah negeri fiktif, Bolanesia. Dua klub terbesar Bolanesia, Panzer Hitam dan Domba Berang, sudah berkompetisi sejak lama. Namun, sepeninggal pemiliknya, Rachman, klub Domba Berang nyaris bubar akibat ketiadaan pengurus dan kualitas pemain yang semakin menurun. Kanya (Nova Eliza), putri sulung Rachman kembali dari Amerika dan memutuskan untuk mengurus klub peninggalan ayahnya. Keberadaan Kanya di klub yang mayoritas pria tersebut awalnya mmeunculkan respon pesimis di tubuh klub itu sendiri. Namun, dengan dukungan salah satu pemain senior, Paolo Delmonte (Louis Mandylor), Kanya maju pantang mundur.
Kedua klub pun akhirnya kembali berkompetisi mendapatkan gelar terbaik. Klub Panzer Hitam yang memiliki lebih banyak dana dan kekuasaan, berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan Domba Berang. Di tengah kekalutan karena tidak berhasil memenangi satu pun pertandingan, Domba Berang mendapatkan titik cerah dengan menemukan seorang pemain asal Afrika, Jay Jay Mfede (Jimmy Jean-Louis), dan seorang pelatih bernama Frank Lazaridis (Costas Mandylor). Domba Berang pun siap bertempur melawan Panzer Hitam hingga titik keringat penghabisan.
Konsep Unik yang Menyegarkan
Dilihat dari ide ceritanya, film ini sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi film berkualitas. Sang sutradara, Mirwan Suwarso, menunjukkan keseriusannya menggarap film ini dengan melakukan riset ke Hollywood dan mengajak para pemain Hollywood untuk ikut serta dalam filmnya. Tentunya, ajakan tersebut bukan hanya untuk tampil selama 5—10 menit seperti yang terjadi di beberapa film Indonesia yang pernah ada. Para pemain Hollywood tersebut memang terlibat langsung dan mendapatkan porsi adegan yang cukup besar. Lebih hebatnya lagi, Mirwan berhasil menggandeng Frank Leboeuf, pesepakbola profesional asal Prancis yang legendaris. Selain itu, film ini juga dimeriahkan oleh penampilan spesial pemain sepak bola nasional Indonesia, seperti Kurnia Sandi dan Kurniawan.
Jika Anda bertanya-tanya bagaimana Mirwan Suwarso melakukan itu semua, saya bisa mengatakan: the power of social skill! Mirwan memang masih baru di dunia penyutradaraan film, namun, ia memanfaatkan semua link yang ia punya untuk menggarap sebuah film sebaik mungkin.
Dalam membuat film ini, bisa dibilang bahwa Mirwan sedikit nekat. Dengan bujet terbatas, Mirwan harus membagi anggaran untuk membayar para pemain, menyewa set, dan yang paling mahal, melakukan pemolesan terakhir menggunakan CGI. Sebagai informasi, Mirwan memang memilih untuk mengambil gambar pertandingan di sebuah stadion kosong dan kemudian memberikan sentuhan terakhir dengan membuat crowd buatan menggunakan CGI. Mahal? Tentu saja! Mirwan menyatakan bahwa di film ke depan, ia lebih memilih membayar ribuan figuran ketimbang harus membeli teknologi CGI! Well, at least, lesson learned.
Golden Goal bukanlah sebuah film yang harus ditanggapi dengan serius. Jika Anda memutuskan untuk menonton film ini, bersiaplah untuk mendapatkan sajian yang benar-benar untuk hiburan. Semuanya dikemas dengan lelucon dan terkadang diselipkan komedi slapstik di dalamnya. Bagi saya pribadi, film ini cukup menghibur walaupun di beberapa adegan terdapat lelucon yang cukup “garing”. Jika film ini digodok lebih lama dan dikerjakan dengan anggaran yang jauh lebih besar, mungkin akan menjadi film komedi-sport pertama Indonesia yang legendaris.
Tanggal rilis:
Akan datang
Genre:
komedi
Durasi:
90 menit
Sutradara:
Mirwan Suwarso
Pemain:
Nova Eliza, Tio Pakusadewo, Butet Kertaradjasa, Jimmy Jean-Louis, Frank Leboeuf, Costas Mandylor, Louis Mandylour, Jajang C. Noer, John Dykes, Happy Salma
Studio:
Destiny Films