Gaming VIP: Hideo Kojima

Dunia gaming memang lahir dari basis ide dan kreativitas para pelaku yang bekerja di belakang layar. Tidak jarang proses ini memakan waktu hingga tahunan untuk mendapatkan sebuah kualitas yang pantas untuk tiba di mesin gaming Anda. Tidak sekadar bekerja keras dan kreativitas, mewujudkan sebuah angan menjadi sebuah hasil karya yang nyata juga butuh komitmen dan konsistensi yang sudah pasti melelahkan. Pada akhirnya? Mereka yang bertahan melalui proses panjang inilah yang akan dikenal sebagai bibit berkualitas di industri game. Kualitas yang tidak hanya sekadar “kualitas”, namun yang mampu memberikan sebuah nilai lebih dan inovasi.
Di antara tokoh sentral industri game yang mampu melakukan hal tersebut, nama Hideo Kojima layak disandingkan di dalamnya. Siapa yang tidak mengenal si jenius yang satu ini? Saat publisher lain berlomba-lomba untuk menghadirkan game dengan plot dan gameplay yang konvensional, Kojima hadir dengan sebuah konsep yang lebih inovatif. Ia juga dikenal atas karya-karyanya yang mampu menampilkan visualisasi yang epik lewat dramatisasi yang tak ubahnya sebuah film Hollywood. Sebuah kualitas yang hingga kini masih mampu memukau gamer dan kritikus.

Mungkin hampir semua gamer mengenal sosok Hideo Kojima, walaupun tidak semuanya mengagumi sosoknya. Konsep gaming pria Jepang berkacamata ini memang lebih menitiberatkan ke sisi plot sehingga tidak jarang terkesan berbelit-belit dan kompleks. Belum lagi ia memang terkenal selalu menghadirkan cut-scene yang hampir mengisi setengah dari keseluruhan game yang diusung. Gaya penyampaiannya memang sinematik dan memanjakan mata, namun bagi gamer yang ingin segera menjajal lebih banyak aksi, konsep Kojima ini tidak terlalu populer. Hideo Kojima juga seringkali menyuntikkan berbagai paham filosofis yang membuat game karyanya semakin terasa berat.
Untuk memberikan sedikit tribut dan menyelami peran Hideo Kojima di dalam industri game, tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit sejarah di balik semua kreativitas dan karya yang sudah ia wujudkan. Apakah ia pantas atau tidak menjadi seorang Gaming VIP? Saya yakin kita sepakat tentang hal yang satu ini. Tidak ada yang lebih pantas daripada seorang Hideo Kojima.
Siapa itu Hideo Kojima?

Hideo Kojima dilahirkan di Tokyo, 24 Agustus 1963. Lahir dari keluarga pekerja, Kojima menjalani masa kecil yang tidak mudah. Jika anak-anak sebayanya seringkali ditemani orangtuanya, Kojima kecil sudah berjuang untuk bersahabat dengan kesendiriannya. Kedua orangtuanya yang pekerja membuat rumah seringkali sepi setiap kali ia pulang dari sekolah. Dari sanalah ia belajar untuk mengurus dirinya sendiri. Rasa sepi ini ternyata membawa dampak psikologis yang cukup berat untuk diri Kojima hingga saat ini.
Tidak cukup bekerja, keluarga Kojima juga termasuk keluarga yang sering berpindah tempat tinggal. Dilahirkan di Tokyo, Kojima sempat pindah dan tinggal di kota kecil bernama Shirasaki dan kemudian bergerak kembali ke Kawanishi yang terletak di daerah Kansai. Kesendirian yang ia rasakan kemudian perlahan membangun sisi “sentimentil” dan kreativitasnya yang besar. Hideo Kojima mulai tertarik kepada hal-hal yang artistik, seperti menulis, ilustrasi, dan sinematografi. Ketiga hal yang akan membuat namanya terkenal di seluruh dunia, khususnya kalangan gamer.
Sebuah Sejarah Lahir

Hideo Kojima tidak serta-merta langsung berhasil secara ajaib di industri game begitu saja. Bahkan pada awalnya, ia sama sekali tidak berminat dengan dunia yang satu ini. Fokus utamanya justru terletak di dunia tulis-menulis. Di masa mudanya, ia sempat menulis sebuah cerita pendek sepanjang 400 halaman, namun tidak pernah berhasil menarik hati para penerbit. Dari kekecewaan inilah, ia kemudian memutuskan untuk membanting setir dan lebih fokus menjajal sinematografi bersama dengan teman kuliahnya.
Mengaku terinspirasi dari begitu banyak anime yang ia tonton selama masa mudanya, Hideo Kojima hidup dengan penuh “ide gila” di kepalanya. Cara terbaik untuk menyalurkannya? Hijrah ke industri game yang memang butuh lebih banyak pekerja seperti dirinya. Usaha pertama Kojima untuk masuk lewat Konami ternyata berbuntut kegagalan akibat konsepnya yang sulit diterima. Namun, usaha dan kerja keras Kojima akhirnya membawa ia masuk ke dalam MSX home computer division milik Konami di tahun 1986. Pekerjaannya? Sebagai seorang desainer dan planner. Pekerjaan yang memaksimalkan bakatnya.
Perjalanan awalnya tak mudah, berbagai ide yang ia tawarkan di proyek-proyek awal lebih sering berakhir ke penolakan dari otoritas yang lebih tinggi. Kesempatan emas datang ketika ia diminta untuk mengambil alih pekerjaan sebagai pengawas sebuah title proyek baru bernama Metal Gear. Di sinilah Kojima memainkan kreativitasnya. Ia menyertakan seorang karakter bernama Solid Snake dalam sebuah genre yang masih langka di kala itu, sebuah game stealh-action. Sebagai salah satu game pertama yang hadir dengan gameplay ini, Metal Gear berhasil menarik perhatian industri game di kala itu.


Hideo Kojima melahirkan lebih banyak game fenomenal setelah itu. Sebut saja Snatcher, sebuah graphic adventure game yang hingga kini masih diakui sebagai salah satu yang terbaik. Berbagai pilihan aksi, kebebasan, hingga voice acts game ini berhasil mengundang decak kagum. Konsep dunia masa depan yang kelam dengan plot politik dan konspirasi yang berat, Snatcher membuat banyak gamer jatuh cinta pada Kojima. Sebuah masterpiece yang tidak mungkin dilupakan.
Industri game tumbuh semakin hidup dan teknologi yang diusungnya terus berkembang. Bagi Kojima, ini adalah kesempatan yang lebih baik untuk membuktikan diri. Metal Gear 2: Solid Snake dan SD Snatcher di kala itu berhasil mengundang pujian dan kritik positif dari kalangan industri game. Pada tahun 1994, Kojima melahirkan salah satu game sci-fi paling memorable di masanya, Policenauts. Game yang sempat diriilis untuk 3D0, Playstation, dan Sega Saturn ini berhasil membawa nama Kojima lebih tinggi.

Namun jika kita membicarakan tonggak popularitas Kojima di industri game, Metal Gear Solid (MGS) yang dirilis di masa kejayaan Playstation lah yang membuat namanya semakin dikenal. Sebuah game stealth-action dengan model 3D, voice acting, plot yang berat, desain karakter antagonis dan protagonis yang keren, sistem senjata yang lengkap, humor-humor ringan, gameplay yang menarik, dan cut-scene yang sinematik tentu saja menarik perhatian industri game. MGS merupakan salah satu franchise game terbaik sepanjang masa, bahkan hingga saat ini. Metal Gear Solid Playstation ini menjadi basis akan kesuksesan selanjutnya yang tidak terbendung.
Lebih banyak judul Metal Gear hadir setelah Sony merilis konsol generasi selanjutnya, Playstation 2. Metal Gear Solid 2: Sons of Liberty juga mencapai kesuksesan yang luar biasa dengan respon industri game yang sangat positif. Grafis yang superb di kala itu, berbagai physics yang berjalan sempurna, desain karakter, hingga plot yang kini lebih filosofis dan berat membuat game ini semakin dicintai. Mengekor seri sebelumnya, Metal Gear Solid 3: Snake’s Eater yang merupakan sebuah prekuel juga menjadi sebuah game yang fenomenal. Hideo Kojima menyuntikkan elemen baru seperti kamuflase dan makanan ke dalam seri ini. Namun satu hal yang tak bisa dikalahkan, MGS 3 menghadirkan banyak cut-scene sinematik yang mengundang decak kagum. Sebuah signature-move ala Hideo Kojima yang masih valid untuk memukau gamer hingga saat ini.
Apakah Hideo Kojima hanya terkenal lewat seri Metal Gear Solid belaka? Tentu saja tidak. Sembari mengerjakan konsep untuk MGS 2 dan 3 di Playstation 2, Hideo Kojima juga melahirkan sebuah franchise sci-fi mecha baru bernama Zone of the Enders. Pertarungan yang bergerak cepat dan epik serta desain mecha yang keren menjadi nilai jual Z.O.E. Tentu saja Kojima tetap mempertahankan gaya pembawaan plot yang sinematik ke dalamnya. Petualangan Jehuty di kala itu semakin membuat banyak gamer mengenal nama Hideo Kojima dan menjadi pengikutnya yang setia. Zone of Enders sendiri sudah dirilis dalam dua seri di Playstation 2.

Langkah-langkah berani Kojima tentu berlanjut hingga saat ini. Menutup keseluruhan seri Metal Gear Solid dengan Metal Gear Solid 4: Guns of Patriots merupakan sebuah langkah yang berani. Memberikan kematian bagi Solid Snake yang sudah menemani dirinya lebih dari 20 tahun tentu bukan pekerjaan yang mudah. Namun, Kojima berhasil melakukannya dengan cara yang elegan, sekaligus tetap mempertahankan identitas “unik”nya. Sebuah langkah yang dianggap sebagai kesempurnaan oleh berbagai media, penutup tetralogi yang ciamik.