Chemistry yang Memukau dalam Sherlock Holmes: A Game of Shadows
Tidak sedikit pencinta film yang menunggu kehadiran film yang satu ini. Bahkan, saya mencantumkan sekuel Sherlock Holmes ini ke dalam daftar film yang paling ditunggu tahun ini. Akting para pemainnya, plot cerita, dan efek yang dihasilkan yang ada di film pertama membuat banyak penggila film menantikan sekuel keduanya. Apakah akan sememuaskan film pertama?
Sherlock Holmes: A Game of Shadows tidak berkaitan sama sekali dengan film pertamanya. Jadi, bagi Anda yang belum sempat menonton film pertamanya, tidak perlu khawatir akan kesulitan mengikuti jalan cerita film ini. Plot yang digunakan di film kedua ini terinsipirasi dari kisah petualangan Sherlock Holmes versi penulis aslinya, Sir Arthur Conan Doyle, The Final Problem. Walau begitu, cerita yang ada di film ini merupakan kisah yang berdiri sendiri, tidak banyak bagian yang serupa dengan versi aslinya.
Latar waktu diambil satu tahun setelah pemecahan kasus di film pertama. Sherlock Holmes (Robert Downey Jr.) menyelidiki sebuah konspirasi yang berkaitan dengan bom, senjata, rencana pembunuhan, dan perang dunia. Seluruh penyelidikan yang dilakukannya membimbing Holmes ke salah satu musuh bebuyutannya, Profesor Moriarty (Jared Harris). Bersama partnernya, John Watson (Jude Law), Holmes pun berusaha memecahkan teka-teki kasus tersebut dan menyelesaikannya sebelum semuanya terlambat.
Para Pemain Menyempurnakan Film Ini
Satu hal yang saya lihat dari film ini adalah totalitas dan chemistry yang terbangun di antara para pemainnya. Robert Downey Jr. kembali memerankan karakter Sherlock Holmes yang cerdas, sedikit “gila”, dan kesepian. Jude Law menjadi seorang dokter yang sangat setia kepada partner sekaligus sahabatnya yang selalu siap menolong di saat sang detektif berada di situas genting. Kedua karakter ini dimainkan dengan sangat apik oleh Downey dan Law—membuat mereka mendapatkan banyak pujian atas chemistry yang terjalin di antara keduanya yang membuat penampilan mereka jauh dari mengecewakan. Ada juga Jared Harris yang perlu mendapatkan acungan jempol karena aktingnya memerankan musuh bebuyutan Sherlock Holmes, Profesor Moriarty. Noomi Rapace—pemeran Lisbeth Salander, dalam Trilogi Millenium—juga seharusnya mendapatkan apresiasi lebih, namun sayangnya perannya di film ini begitu singkat dan tidak tergali dengan baik. Cukup mengecewakan ketika kita semua tahu bahwa aktingnya di The Girl with the Dragon Tatoo versi Swedia membuatnya dinominasikan di berbagai ajang penghargaan sebagai Aktris Terbaik.
Cara Guy Ritchie memvisualisasikan kecerdasan Holmes juga patut diacungi jempol. Ia memvisualisasikan imajinasi Holmes dalam merencanakan aksinya dalam bentuk adegan slow-motion yang memperlihatkan detail adegan tersebut. Ritchie juga meletakkan sedikit twist di akhir cerita dengan cara yang sangat manis, membuat penonton tersenyum puas ketika melihat akhir dari film ini.
Setting film yang mengambil waktu tahun 1870-an membuat Ritchie dan tim kreatif harus memerhatikan setiap detail yang akan digunakan baik dari latar tempat, kostum, dan peralatan lainnya yang mendukung latar waktu tersebut terlihat semakin nyata. Hasilnya, film ini menyuguhkan tontonan yang tidak hanya memuaskan dari segi akting dan penceritaan, namun juga dari segi setting!
Jika Anda menyukai film pertama Sherlock Holmes versi Guy Ritchie, Anda mungkin akan menyukai film kedua ini. Film ini tidak menyuguhkan sederatan aksi tanpa henti hingga akhir film; Anda akan lebih sering bertemu dengan deduksi-deduksi memukau yang dikemukakan Holmes dan melihat caranya melewati setiap peristiwa dengan brilian.
Salah satu film yang direkomendasikan untuk ditonton di bioskop!
Tanggal rilis:
23 Desember 2011
Genre:
action
Durasi:
129 menit
Sutradara:
Guy Ritchie
Pemain:
Robert Downey Jr, Jude Law, Noomi Rapace, Jared Harris, Stephen Fry, Rachel McAdams
Studio:
Village Roadshow Pictures