Nomophibia, Kelainan Psikologis Akibat Ketergantungan terhadap Ponsel
Ketergantungan manusia dengan ponselnya sudah memasuki tahap mengkhawatirkan. Tidak sedikit orang yang selalu cemas ketika tahu bahwa ia lupa membawa ponselnya. Bahkan, ada juga yang enggan meninggalkan ponselnya dan membawanya ke mana pun, bahkan ke kamar kecil sekali pun! Ada juga ketakutan dan kepanikan yang terjadi saat seseorang mencari ponselnya yang entah terselip di mana, menimbulkan rasa paranoia yang berlebihan. Gejala tersebut menjadi tanda-tanda umum yang dialami masyarakat yang hidup di era teknologi seperti sekarang ini. Mungkin, sebagian besar masyarakat dunia telah mengalami nomophobia (no mobile phone phobia).
Sebuah studi yang dilakukan perusahaan pengesahan keamanan, SecurEnvoy, menyatakan bahwa nomophobia telah menjadi penyakit yang umum di zaman sekarang. Sebanyak 66 persen dari objek penelitian terbukti mengidap penyakit ini. Menariknya, terbukti bahwa wanita memiliki ketakutan kehilangan ponsel mereka ketimbang pria.
Tahun lalu, sebuah penelitian yang tercantum di Personal and Ubiquitous Computing menemukan bahwa para responden mengecek ponsel mereka rata-rata 34 kali sehari. Lookout Mobile Security juga melakukan penelitian yang menemukan bahwa 50 persen responden mengaku merasa gelisah jika ponsel mereka tidak ada di dekat mereka. Ketika mereka ditanya mengenai barang yang akan diselamatan saat terjadi kebakaran, mereka menjadikan ponsel sebagai prioritas utama, menyusul kemudian dompet dan passport.
Ramani Durvasula, psikolog dan profesor dari Universitas Negara Bagian California menyatakan bahwa ketakutan akan kehilangan informasi penting adalah awal mula terbentuknya nomophobia. Namun, itu menjadi masalah psikologis atau patologis jika ketakutan tersebut berubah menjadi gangguan yang membuat penderita mengalami kecemasan yang tidak beralasan.
Ramani menjelaskan bahwa ada beberapa cara untuk mengatasi nomophobia. Pada dasarnya, cara penanganannya sama dengan penanganan terhadap kelainan obsesif kompulsif dan serangan kecemasan: meninggalkan ponsel dan tidak mengecek email atau SMS, lalu belajar untuk menoleransi kecemasan yang muncul. Nantinya, kecemasan tersebut meningkat menjadi stres yang mengharuskan penderita menekan ketakutan tersebut dan belajar untuk tidak bergantung kepada ponselnya.
Dari segi teknologi, ada pilihan mudah yang dapat membantu penderita tidak merasakan kecemasan. Sebuah aplikasi bernama Cerberus dapat membantu pemilik ponsel melacak keberadaan ponselnya melalui sebuah situs, memasukkan login, dan ponsel pun dapat diketahui lokasinya dengan mudah.
Sekarang, kembali kepada Anda sendiri: apakah ingin terus mengidap nomophobia dan merasakan kecemasan yang sama sepanjang waktu, atau berusaha mengubah ketergantungan tersebut?