Symantec: Di Tahun 2011, Jumlah Serangan Berbahaya Meningkat Hingga 81%
Internet Security Threat Report (ISTR), Volume 17 baru saja diluncurkan oleh Symantec. ISTR merupakan laporan keamanan jaringan buatan Symantec yang secara rutin dihadirkan setiap tahunnya. Menurut laporan tersebut, jumlah kerentanan di tahun 2011 mengalami penurunan sekitar 20%! Namun, jumlah serangan berbahaya terus meningkat tajam, yaitu sekitar 81%!
Tahun 2011 menjadi tahun pertama ancaman malware mobile menjadi nyata untuk dunia bisnis dan konsumer. Kerentanan mobile yang terjadi meningkat hingga 93% di tahun 2011! Di tahun tersebut, muncul juga serangan yang menargetkan Android. Malware khusus untuk perangkat mobile pun mulai bermunculan di tahun tersebut.
Symantec sendiri sudah memblokir lebih dari 5.5 miliar serangan berbahaya di tahun 2011. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 81%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah varian malware juga meningkat menjadi 403 juta dan jumlah serangan web yang diblokir setiap harinya meningkat sebesar 36%.
Para penjahat cyber tampaknya sudah mulai meninggalkan serangan dengan model spam. Di tahun 2011 yang lalu, tingkat spam turun drastic dan penemuan kerentanan baru menurun sebesar 20%.
Rata-rata sekitar 1.1 juta identitas tercuri per pelanggaran data di tahun 2011, merupakan jumlah yang sangat besar dibandingkan jumlah yang terlihat di tahun-tahun sebelumnya. Insiden hacking menjadi ancaman terbesar, mengeskpos 187 juta identitas di tahun 2011 – jumlah paling besar untuk semua jenis pelanggaran tahun lalu. Meski demikian, penyebab paling sering pelanggaran data yang bisa memfasilitasi pencurian data adalah pencurian atau kehilangan komputer atau media lain di mana data disimpan atau dikirimkan, seperti smartphone, USB atau perangkat backup. Pelanggaran yang berkaitan dengan pencurian atau kehilangan ini mengekspos sebanyak 18.5 juta identitas.
Karena tablet dan smartphone terus terjual melebihi PC, informasi penting akan lebih banyak tersedia di perangkat mobile. Pekerja membawa smartphone dan tablet mereka ke dalam lingkungan perusahaan lebih cepat dari kemampuan banyak organisasi/perusahaan untuk melindungi dan mengatur mereka. Hal ini menjadi penyebab meningkatnya pelanggaran data karena hilangnya perangkat mobile dapat mengakibatkan hilangnya informasi jika tidak dilindungi secara benar. Penelitian terbaru Symantec menunjukkan bahwa 50% dari telepon yang hilang tidak akan kembali dan 96% (termasuk yang kembali) akan mengalami pelanggaran data.