Street Dance 2: Kompilasi Tarian Andal dengan Plot yang Mudah Ditebak
Pertengahan tahun 2010, BBC Films merilis sebuah film berjudul Street Dance yang menonjolkan perkembangan budaya dan komunitas tersebut di Inggris. Selang dua tahun, BBC Films menghadirkan sekuel yang kembali diramaikan oleh jajaran penari andal Inggris. Pasangan sutradara Max Giwa dan Dania Pasquini kembali dalam sekuel ini bersama dengan bintang Britain’s Got Talent, George Sampson dan Flawless.
Tema yang diusung pun tetap sama, yaitu usaha sebuah tim street dance dalam menyatukan gaya tari mereka dengan gaya tari yang berlawanan jauh demi memenangkan sebuah kompetisi. Film pertama mencoba menggabungkan street dance dengan ballet, sedangkan film kedua menggabungkan street dance dengan tango. Bagaimana hasilnya? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita tengok plot yang disuguhkan dalam Street Dance 2.
Street Dance 2 menceritakan tentang usaha Ash (Falk Hentschel) dan Eddie (George Sampson) dalam mengumpulkan para penari andal Eropa untuk membentuk sebuah tim street dance. Tim tersebut sengaja dibentuk untuk berkompetisi dan mengalahkan Invincible, juara bertahan kompetisi street dance di Paris. Dalam petualangan tersebut, Eddie memiliki ide untuk menggabungkan gaya street dance dengan tarian latin. Ia dan Ash pun bertemu dengan seorang penari salsa bernama Eva (Sofia Boutella).
Sesuai namanya, tarian menjadi fokus utama Street Dance 2. Gerakan-gerakan memukau ditampilkan para pemeran secara individu maupun dalam kelompok dengan sinkronisasi gerakan yang mampu membuat penonton tercengang. Iringan lagu hip hop dan dance, diramaikan dengan sedikit bumbu musik latino yang mengajak penonton untuk ikut bergerak (not recommended, karena bisa membuat penonton lainnya terganggu dan berpotensi mempermalukan diri Anda sendiri).
Kombinasi antara gerakan tarian penuh energi dan musik-musik dengan beat yang kencang hadir dalam kemasan sinematografi yang andal. Setiap adegan ditampilkan dengan apik dan acap kali memperlihatkan keindahan kota-kota di Eropa sebagai latar belakang. Sayangnya, nilai positif dari Street Dance 2 hanya sampai di sini.
Not for everyone
Terlalu muluk rasanya untuk masuk ke dalam gedung bioskop, membeli tiket film dengan judul seperti Street Dance 2, dan berharap akan mendapat suguhan kisah drama dengan plot cerita yang di luar dugaan. Kenyataannya, film serupa seringkali (tidak selalu) menggunakan garis besar plot yang sama: berawal dari kegagalan, beranjak ke kegigihan dalam berlatih, hingga mencapai keberhasilan dengan sedikit bumbu romansa dengan mitra dansanya. Dalam Street Dance 2, garis besar plot tersebut pun tidak mengalami banyak perubahan maupun pengembangan. Hasilnya, tidak ada fondasi cerita yang cukup kuat untuk membuat film ini menarik dan dapat dinikmati oleh para penonton yang mencari unsur drama yang kental.
Plot cerita yang mudah ditebak, disandingkan dengan gaya narasi yang buruk, level acting yang standar, dan potongan-potongan dialog singkat, ditimpa dengan dosis tarian dan musik yang tidak seimbang. Racikan tersebut membuat Street Dance 2 lebih terasa seperti kompilasi video musik dibanding sebuah film layar lebar. Sempat terbersit di benak saya bahwa lebih baik menonton adegan-adegan serupa di YouTube dibanding membayar sejumlah uang untuk menikmatinya di bioskop. Namun, kombinasi antara nuansa musik yang menyenangkan dan sinematografi yang indah menghasilkan pengalaman menonton yang cukup memuaskan.
Street Dance 2 merupakan tipe film yang hanya dapat memuaskan sebagian penonton, terutama mereka yang memang menggeluti atau menjadi pemerhati budaya menari, khususnya tarian jalanan yang selalu memunculkan gerakan-gerakan baru melalui kebiasaan improvisasi praktisinya. Begitu pula dengan para penonton yang memiliki kedekatan dan ketertarikan terhadap budaya musik hip hop. Namun, bagi para penonton yang mencari sisi drama dan plot cerita yang mampu “mengkhianati” tebakan mereka, silakan mencari film lain (well, duh).
Tanggal rilis:
30 Maret 2012 (Inggris)
Genre:
Drama, musik
Durasi:
85 menit
Sutradara:
Max Giwa dan Dania Pasquini
Pemain:
Tom Conti, George Sampson, Falk Hentschel, Sofia Boutella
Studio:
Vertigo Films, BBC Films