Notebook Murah Akan Gantikan Netbook
Form Factor: Kunci Penetrasi
Intel menyadari bahwa Atom sudah tidak bisa lagi digunakan untuk mengisi pasar entry level. Sejujurnya, kami bahkan tidak pernah melihat Intel menganggap Atom sebagai prosesor entry level. Kemungkinan besar, Intel sendiri kurang menyukai arah dan perkembangan penggunaan prosesor Atom. Masalahnya, sekadar membuat prosesor atau sistem yang murah saja ternyata tidak cukup untuk mendobrak pasar netbook dengan prosesor notebook.
Setelah Intel menghadirkan Pentium (contoh: B960) dan Celeron (contoh: B815) di kelas Sandy Bridge, tampaknya banyak produsen berharap bisa menembus pasar netbook dengan mudah. Meski harga sudah mencapai 3 jutaan rupiah, pasar tersebut tetap tidak terganggu. Setelah diusut, ternyata masalah utamanya terletak pada form-factor. Sebagian besar pengguna netbook adalah orang-orang yang membutuhkan notebook berukuran layar mungil atau bodi tipis dan ringan, agar mudah dibawa-bawa. Sementara, Pentium dan Celeron dengan TDP 35W agak susah untuk masuk ke casing mungil atau tipis.
Notebook mungil/tipis dengan harga netbook
Prosesor Low-Voltage menjadi solusi Intel untuk memasuki pasar ini. Dengan seri berakhiran 7 (Pentium 987, Celeron 877) yang berarti memiliki TDP 17W, hadirlah notebook berukuran mungil dan tipis yang memiliki harga murah. Uniknya, prosesor ini memiliki performa prosesor yang cukup kuat dan efisien karena berbasiskan teknologi Sandy Bridge yang diturunkan clock-nya. Sementara, Intel HD Graphics yang terpasang pada prosesor Celeron dan Pentium tersebut ternyata merupakan turunan dari HD graphics 3000. Meski hanya 6 EU, kemampuan grafisnya sudah bisa disetarakan dengan AMD E-450, terutama setelah update driver terbarunya.
Acer hadir dengan solusi Celeron B877 yang sempat kami uji kemampuan gaming-nya di artikel ini. Notebook 11.6” bertajuk Acer Aspire One 756 tersebut dijual dengan harga 3 juta rupiah. Ditambah dengan penggunaan RAM standar 4GB, pasar langsung bisa menerimanya sebagai solusi pengganti netbook. Meski masih banyak yang mempertanyakan nama Celeron, kami rasa hanya masalah waktu untuk menghapus citra Celeron yang kurang baik di masa lampau itu.
Masih dari Acer, di dalam seri slim V5 pun ada sebuah notebook tipis berlayar 14” yang menggunakan prosesor Pentium B877. Hasilnya, harga notebook tipis itu mencapai 3,6 juta rupiah dan mulai menggebrak pasaran.
ASUS sudah mengumumkan akan hadirnya seri slimbook X401A yang menggunakan Pentium B970. Pilihan ini memang agak aneh, tapi bukan ASUS namanya kalau tidak bisa berinovasi dengan sistem pendingin dan performa tinggi. Harga yang ditawarkannya berkisar 3,9 juta rupiah.
Axioo pun tak mau ketinggalan dengan tawaran pendobrak pasar netbook. Meski tidak memiliki tubuh yang mungil, Axioo HNM C725 menggebrak dengan harga yang luar biasa murah, di kisaran 2,6 juta rupiah. Prosesor yang digunakan notebook 14” ini adalah prosesor celeron B820 yang bertenaga cukup besar.
Inikah akhir dari genre netbook?
Pada akhirnya, prosesor notebook sudah berhasil masuk ke kelas harga dan bahkan form factor netbook. Performa lebih tinggi dan lebih seimbang akan membuatnya tampil sebagai pilihan yang jauh lebih masuk di akal dibandingkan netbook. Kami yakin, solusi berbasis AMD Llano atau Trinity pun akan segera hadir menyusul keberhasilan Celeron dan Pentium mendobrak kelas netbook. Apabila ini berlanjut, di pertengahan tahun mendatang, netbook sudah tidak menjadi primadona kelas ekonomis lagi. Atau, netbook bahkan akan hilang dari pasaran. Setidaknya, kami cukup yakin bahwa netbook berbasis Atom akan mengalami hal ini.