[Review] Rise of the Guardians: Petualangan Seru Para Legenda dalam Format 3D
Bulan ini, tiga film animasi unggulan Hollywood menyambangi bioskop-bioskop Indonesia. Berawal dari Wreck-It-Ralph yang dikembangkan Disney Animations Studio, diikuti Hotel Transylvania dari Sony Pictures Animation, dan kini DreamWorks Studio menyusul dengan Rise of the Guardians.
Tampaknya, cukup tepat jika dikatakan orisinalitas jajaran karakter bukanlah titik kuat DreamWorks. Setelah menggabungkan karakter-karakter dongeng ke dalam franchise Shrek, kini DreamWorks mengumpulkan rangkaian tokoh penting yang menghiasi beragam musim liburan dan event penting dalam hidup anak-anak. Dari Santa Klaus sang ikon Natal, Easter Bunny yang menjadi ikon Paskah, Tooth Fairy yang menukar gigi susu anak yang tanggal dengan koin, hingga Sandman yang memberikan mimpi indah hadir dalam film ini. Namun, yang menjadi fokus dalam film ini adalah Jack Frost, karakter yang keberadaannya justru paling tidak dikenal.
Pahlawan yang tidak diharapkan
Tugas Sandman untuk merajut mimpi indah bagi seluruh anak di dunia terhalang kehadiran Boogeyman yang dikenal dengan nama Pitch (Jude Law). Mimpi-mimpi indah yang dikembangkan Sandman satu persatu diubah menjadi mimpi buruk. Hal itu dilakukan Pitch untuk menempatkan namanya di benak setiap anak dan memancing rasa takut mereka demi meraih pengakuan yang diidamkannya selama ini.
Tidak tanggung-tanggung, Pitch mendeklarasikan kehadirannya kepada Santa Claus yang akrab dipanggil North (Alec Baldwin). North bergegas memanggil teman-temannya, sesama penjaga anak (guardians), untuk menuntaskan masalah tersebut. Tooth Fairy (Isla Fisher), Easter Bunny (Hugh Jackman), Sandman, dan North pun berkumpul. Di tengah diskusi panas di antara keempat guardian tersebut, bulan memberi petunjuk mengenai sesosok guardian yang mampu membantu mereka menangani Pitch. Guardian tersebut adalah Jack Frost (Chris Pine) yang perannya sebagai penjaga anak masih diragukan.
Di balik perjuangannya bersama para guardian, Frost menyimpan hasrat yang sama dengan Pitch, yaitu memperoleh pengakuan dan pengenalan dari anak-anak di dunia, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan seumur hidupnya. Pada saat yang sama, Pitch memorak-porandakan markas Tooth dan menghabisi para guardian satu persatu dari benak anak-anak di dunia. Bagaimana sepak terjang para guardian dalam menjaga eksistensi mereka dan mimpi seluruh anak di dunia?
Penuh aksi seru berkecepatan tinggi
Rise of the Guardians merupakan film yang diadaptasi dari serial novel The Guardians of Childhood karya William Joyce. Tidak dapat dipungkiri bahwa plot cerita yang diangkat dalam film tersebut memiliki daya tarik yang kuat bagi anak-anak, khususnya mereka yang familiar dengan dongeng-dongeng Barat. Penggabungan karakter Santa Claus, Easter Bunny, Tooth Fairy, Sandman, Jack Frost, dan Boogeyman menjanjikan tontonan yang atraktif.
Dari segi animasi, tentu kemampuan DreamWorks tidak perlu diragukan. Kemulusan desain masing-masing karakter disandingkan dengan aksi berkecepatan tinggi yang memukau, menghasilkan tontonan yang memanjakan mata. Beberapa kali para karakter terlibat dalam adegan terbang menyusuri langit dan seluk-beluk kota dalam kecepatan tinggi. Adegan tersebut memancing memori saya akan serunya aksi Spider-Man ketika menyusuri kota New York menggunakan jaringnya.
Sebuah animasi baru sempurna ketika disandingkan dengan talenta suara yang tepat. Di sinilah DreamWorks kembali menunjukkan kehebatannya. Mereka berhasil memboyong aktor-aktor kelas atas menjadi pengisi suara dalam film ini. Aksen Australia Jackman digabungkan dengan wujud Easter Bunny yang menyerupai kanguru menjadi lelucon yang berhasil memancing tawa penonton. Intonasi Law dalam menyuarakan Pitch terasa begitu dingin dan mengingatkan saya akan ekspresi keji Loki dari The Avengers. Tidak hanya Jackman dan Law yang tampil prima dalam film ini. Aktor dan aktris lainnya pun berhasil menyuarakan karakter dengan sempurna. Namun, satu hal yang saya perhatikan, suara tawa Pine setiap kali Frost beraksi justru terasa mengganggu.
Satu lagi karakter yang menarik dalam film ini adalah Sandman. Jika Anda perhatikan, saya tidak mencantumkan nama pengisi suara karakter tersebut. Itu memang karena Sandman diceritakan tidak bersuara dalam film ini. Karakter berwujud bulat dengan balutan warna emas yang berkilau itu berbicara menggunakan tanda dan simbol.
Meskipun mengangkat kisah yang sama sekali berbeda, Rise of the Guardians dapat dikatakan berada di kelas yang sama dengan Wreck-It-Ralph. Hanya saja, Rise of the Guardians lebih menonjolkan aksi-aksi seru dan lelucon-lelucon yang menghibur, sedangkan Wreck-It-Ralph mengangkat kisah yang inspiratif dan mengharukan dalam nuansa penuh warna. Namun, keunggulan film ini baru benar-benar terasa ketika Anda memperhatikan efek 3D-nya. Dibanding Wreck-It-Ralph maupun Hotel Transylvania, Rise of the Guardians-lah yang paling tepat ditonton dalam format 3D, khususnya untuk adegan kejar-kejaran berkecepatan tinggi dan pertempuran yang tergolong cukup epik.
Tanggal rilis:
28 November 2012 (Indonesia)
Genre:
Animasi
Durasi:
97 menit
Sutradara:
Peter Ramsey
Pengisi suara:
Hugh Jackman, Alec Baldwin, Isla Fisher, Jude Law, Chris Pine
Studio:
DreamWorks Animation