Saran Symantec untuk Mengatasi Kompleksitas Data Center
Fenomena Big Data memunculkan masalah kompleksitas dalam data center perusahaan. Symantec meninjau masalah tersebut melalui survei State of Data Center yang dilakukan secara global sepanjang tahun lalu. Survei itu mengikutsertakan 2.453 perusahaan di 32 negara, termasuk 100 di antaranya yang berlokasi di Indonesia.
Hasil survei tersebut menunjukkan tingkat kompleksitas data center tertinggi terjadi di kawasan Amerika Latin, diikuti oleh Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Kompleksitas data center di Asia Pasifik dan Jepang sendiri berada di tingkat terendah. Mengapa demikian?
“Pada dasarnya, tingkat kompleksitas data center di Asia Pasifik dan Jepang lebih rendah, karena kita belajar dari kesalahan negara-negara lain yang lebih mapan dalam mengadopsi teknologi,” tutur Raymond Goh, Regional Senior Director Systems Engineering & Alliances ASR Symantec Corp, dalam acara temu media di Hotel Le Meridien, Jakarta, pada hari Kamis (22/11).
Selain Big Data, faktor lain yang memengaruhi terjadinya peningkatan kompleksitas data center antara lain penambahan jumlah aplikasi business-critical, virtualisasi server dan storage, serta perkembangan mobile computing. Kompleksitas yang terus meningkat pun menimbulkan efek samping negatif bagi perusahaan, seperti melonjaknya biaya, ketangkasan data center yang menurun, pemborosan waktu untuk migrasi data dan penelusuran informasi, downtime, dan risiko keamanan data perusahaan.
Jumlah efek samping yang demikian banyak turut berkontribusi terhadap tingkat pemadaman data center. Symantec memaparkan bahwa secara global ada 16 pemadaman yang umumnya terjadi, 11 diantaranya diakibatkan oleh gangguan sistem, empat oleh kesalahan SDM, dan satu karena bencana alam. Secara keseluruhan, jumlah kerugian yang dialami perusahaan dapat mencapai USD5,1 juta.
Sebagai solusi, Symantec mengimbau perusahaan untuk memperkuat pengaturan informasi, yaitu dengan mendefinisikan klasifikasi masing-masing data, menentukan karyawan yang boleh mengakses data tertentu dan penggunaannya, menetapkan lama penyimpanan dan waktu penghapusan data, serta pengelolaan dan pengamanan data secara menyeluruh.
Symantec juga menyarankan perusahaan untuk mendapatkan visibilitas di luar platform, memahami aset TI perusahaan—siapa yang menggunakan dan digunakan untuk apa, meminimalkan jumlah penggunaan backup untuk pengelolaan yang lebih baik, melakukan deduplikasi untuk sistem backup data yang lebih cepat dan efisien, serta menggunakan appliances yang memudahkan proses upgrade komponen dalam data center.