Stocksy, Konsep Baru Layanan Stok Foto
Di era Internet ini, layanan penyedia stok foto semakin dibutuhkan terutama oleh situs berita online yang membutuhkan foto-foto orisinal untuk keperluan ilustrasi berita mereka. Dengan membeli foto dari layanan penyedia stok foto tersebut, selain bisa mendapatkan foto yang orisinal karena dilindungi hak cipta, situs-situs tersebut juga bisa menampilkan ilustrasi yang ekslusif tanpa harus memotret langsung objek yang dibutuhkan.
Salah satu layanan stok foto terkemuka yang banyak dimanfaatkan oleh berbagai situs terkemuka dunia adalah iStockphoto yang didirikan pada tahun 2000 namun kemudian diakuisisi oleh Getty Images 6 tahun kemudian. Pendirinya, Bruce Livingstone yang sebenarnya ikut ‘diakuisisi’ oleh Getty Images memilih untuk mundur karena tidak cocok dengan kebijakan baru dari Getty Images. Dan pada 25 Maret lalu, Livingstone meluncurkan layanan stok foto terbaru hasil ciptaannya yang bernama Stocksy. Peluncuran ini sendiri menjadi sesuatu yang menyegarkan di saat sebelumnya terjadi perjanjian kontroversial antara Getty Images dan Google, dimana Google Drive memberikan akses ke lebih dari 5000 foto di Getty Images kepada publik dengan kompensasi yang sangat kecil bagi para fotografernya.
Kebijakan yang diberlakukan di Stocksy terasa berbeda dengan yang ada di iStockphoto dan Getty Images. Livingstone yang sebelumnya merasa bahwa demokratisasi yang dibawa iStockphoto ke pasar tidak bisa berkembang dan dia merasa bahwa masih dibutuhkan inovasi untuk bisa memberikan pembagian yang adil dan sama antara pemilik foto dan penyedia layanan, akhirnya menerapkannya di Stocksy. Stocksy hadir sebagai layanan stok foto yang kooperatif, merupakan kerjasama antara si pemilik foto dan penyedia layanan. Stocksy menjadi sebuah pasar online yang dimiliki bersama oleh para fotografer yang menjadi anggotanya dan berdedikasi untuk membayar para anggotanya tersebut dengan biaya semaksimal mungkin untuk hasil karya mereka.
Dengan model yang revolusioner, para fotografer yang menjadi anggota Stocksy akan menerima royalti 50% untuk tiap transaksi, dan 100% untuk lisensi yang diperpanjang. Lebih lanjut, 90% dari semua keuntungan yang diteima Stocksy, akan dibagikan untuk semua anggotanya pada akhir tahun. Fotografer yang diterima dalam kerjasama semacam ‘koperasi’ foto online ini juga akan menerima hak yang sama dan memiliki suara yang sama untuk bagaimana bisnis ini dijalankan.
Menurut Livingstone, di Stocksy mereka ingin membuat pasar online untuk para forografer yang tidak hanya demokratis, namun juga adil dan berkelanjutan. Tidak ada alasan bagi para artis tersebut untuk tidak bisa mendapatkan nafkah dari hasil karya mereka. Livingstone juga yakin bahwa melalui sistem yang adil, struktur partisipatif dan kompensasi langsung yang transparan, dikombinasikan dengan pengetahuan dari pasar online dari para pendirinya, Stocksy bisa dengan cepat menjadi tempat berkumpulnya para fotografer di web. Livingstone juga menyatakan bahwa para fotografer tidak pernah bisa mencapai level partisipasi dan kontrol pada dunia stok foto dan dia yakin, Stocksy bisa mendapat kesempatan untuk mengubah industri tersebut secara permanen dan membuatnya jadi lebih baik.
Salah satu fotografer dan foto blogger terkemuka, Thomas Hawk menjadi salah satu orang yang pertama bergabung dengan Stocksy setelah merasa frustasi dengan kebijakan dari Getty Images. Bahkan Hawk telah menuliskan surat terbuka kepada Getty di blognya tentang alasan dia berhenti dari layanan Getty dan beralih ke Stocksy.