Pasar Tenaga Kerja TI di AS Terus Meningkat
Pesatnya pertumbuhan teknologi informasi (TI) membawa dampak yang baik bagi terciptanya banyak lowongan perkerjaan berbagai perusahaan TI Amerika Serikat. Pertumbuhannya pun mengalami kenaikan sebesar 10 persen dibanding tahun lalu.
Menurut hasil laporan dari Techserve Alliance, hingga Juni tahun ini, total pekerjaan baru yang bergerak di bidang TI telah mencapai 4,47 juta atau meningkat sebanyak 22.600 pekerjaan dari Mei sebelumnya. Jumlah itu pun belum termasuk dari pekerjaan IT yang berasal dari manufaktur yang diproyeksikan ikut meningkat. Di luar manufaktur teknologi, pekerja IT memberikan kontribusi sekitar tiga persen dari total tanaga di AS yang mencapai 155 juta. Pesatnya pertumbuhan ekonomi AS itu, secara keseluruhan telah meningkatkan lowongan hingga 195 ribu pekerja pada Juni tahun ini.
Demikian pula dengan hasil yang dirilis dari Foote Partner. Mereka melaporkan, ada sekitar 18.200 perkerjaan TI baru pada bulan Juni lalu. Bahkan terjadinya peningkatan jumlah pekerjaan baru tiap bulannya yang mencapai rata-rata 13.500 pekerjaan TI.
Kepala Analis Foote Partner, David Foot menjelaskan, walaupun tingkat pengangguran di AS berada di kisaran 7,6 persen dari angkatan kerja nasional dan semua lowongan yang ada, pekerjaan TI terus mengalami pertumbuhan. Upah yang diterima pekerja TI pun lebih stabil dan tinggi dibanding dengan jenis pekerjaan lain yang full time.
Hasil ini agak sedikit berbeda dengan laporan yang dikeluarkan oleh Janco Associates dalam menganalis pasar tenaga kerja di AS. Mereka menggunakan metode perhitungan berdasarkan hasil rata-rata yang mereka dapat dari tiap kategori jenis pekerjaan yang ada. Menurut mereka, jumlah pekerjaan di AS, termasuk di bidang IT, hanya meningkat sebanyak 9.900 pada Juni lalu.
Meskipun terjadi peningkatan perekrutan tenaga kerja, namun Janco mengatakan, gaji IT tetap masih standar seperti halnya jenis pekerjaan lain. “Berdasarkan wawancara Kami dengan lebih dari 96 CIO (Chief Information Technology), Kami menyimpulkan, CIO tidak terlalu terburu-buru dalam merekrut staf baru. Kecuali, guna memenuhi kebutuhan jangka pendek perusahaan berdasarkan kondisi perekonomian yang ada,” klaim CEO Janco Associates, Victor Janulaitis.
Di sisi lain, ada juga sebagian raksasa TI di AS yang enggan merekrut staf baru dan bahkan melakukan PHK besar-besaran. Selama beberapa minggu terakhir ini, IBM telah mem-PHK 3.000 pekerjanya. Lalu Hewlett Packard (HP) dan Symantec juga berwacana akan melakukan pemotongan pegawai beberapa waktu ke depan.
(sumber: PC World)