Lenovo Masih “Galau” untuk Beli BlackBerry
Raksasa produsen perangkat teknologi, Lenovo dipandang sebagai calon yang paling cocok untuk mengambil alih BlackBerry. Namun pihaknya mengatakan, masih merasa ragu-ragu membuat kesepatan dengan BlackBerry karena dikhawatirkan, bakal terjadi pembekakan dana yang mesti dikeluarkan Lenovo.
Hal inipun diakui kepala keungan Lenovo, Wong Wai Ming, seperti dikutip dari Bloomberg. Ia mengatakan, Lenovo tidak ingin mengeluarkan dana fantastis untuk hanya sekedar membeli perusahaan yang berada di ambang kejatuhan. “Bahkan ketika ada kesempatan pun yang masuk ke kita untuk membelinya, itu tidak mungkin terjadi,” ujar Ming yang beberapa hari lalu, perusahaannya dilaporkan telah melakukan kesepakatan rahasia untuk bisa mempelajari data keuangan BlackBerry.
Pernyataan Ming mengenai keraguan Lenovo bukan berarti tanpa alasan yang kuat. Ini mengingat bisnis inti Lenovo, yakni PC tengah mengalami penurunan permintaan global. Guna mengantisipasi dampak buruk dari bisnis PC-nya, Lenovo masih ingin berfokus ke penjualan perangkat mobile serta peralatan penyimpanan dan server jaringan perusahaan. Bila seandainya akuisisi terjadi, kekhawatirannya adalah Lenovo mesti mengeluarkan dana tak sedikit untuk membangun ulang BlackBerry.
Sementara itu, Ken Hui, seorang analis di Jefferies yang berbasis di Hong Kong mengatakan, Lenovo memiliki pandangan yang cukup bijaksana terhadap pengakuisisian BlackBerry dan memang masih perlu berpikir ulang. “Mereka hanya ingin memastikan, jika bisnisnya akan merugi, maka ada rencana yang kuat untuk mengubah kerugian menjadi keuntungan dengan segera,” ujar Hui.
Lenovo sendiri sebenarnya berada di bawah tekanan investor agar segera melakukan akusisi perusahaan lain guna memperkuat ekosistem peruahaan di pasar smartphone. Beberapa waktu lalu juga, selain BlackBerry, Lenovo malah dikabarkan sedang mendekati HTC untuk melakukan joint venture atau usaha patungan.
“Lenovo perlu membuat kesepakatan pada tahun depan atau pertumbuhannya akan menderita pasca-2015. Semua orang menunggu Lenovo untuk melakukan sesuatu yang besar,” kata Stephen Yang, analis di Sun Hung Kai Financial di Hong Kong.
Per akhir Juni lalu, Lenovo sendiri memiliki cadangan kas sebanyak US$ 3,1 miliar. Menurut Ming, dana pembelian perusahaan besar bisa juga diperoleh melalui penerbitan ekuitas atau penjualan saham baru sehingga dapat memperoleh dana yang cukup besar. “Dari sudut pandang keuangan, itu tidak masalah. Tak ada halangan bagi kami,” imbuhnya.