Pemerintah AS ‘Cemburu’ Sekutunya Dekat dengan Huawei
Diam-diam, pemerintah Amerika Serikat ternyata merasa khawatir dengan salah satu negara sekutunya di Asia, Korea Selatan (Korsel), yang ingin bekerja sama dengan perusahaan asal Cina, Huawei. Keduanya dikabarkan berencana untuk mengembangkan jaringan nirkabel.
Secara tertutup, dilansir dari Wall Stret Journal, pemerintah AS telah memperingatkan berbagai negara yang menjadi sekutunya, termasuk Korsel agar tidak memakai teknologi peralatan jaringan dari Huawei ke dalam sistem mereka. AS menduga, Huawei telah melakukan kerja sama dengan pemerintah Cina untuk melakukan penyadapan terhadap para sekutunya, termasuk pemerintah AS sendiri.
Kekhawatiran pemerintah AS ini mengenai rencana Korea Selatan menggunakan teknologi Huawei untuk membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi 4G long-term evolution (LTE) di seluruh wilayah Korsel. Posisi Huawei sendiri di proyek LTE tersebut sebagai subkontraktor bagi pemerintah Korsel.
“Huawei merupakan pemegang hak cipta untuk teknologi LTE dan pemasok peralatan jaringan LTE komersil terbesar di dunia dan hampir di setiap benua. Perlengkapan kami sudah terbukti dan dipercayai dunia, serta menghubungkan hampir sepertiga dari populasi dunia. Motivasi siapapun yang menuding Huawei melakukan mata-mata, sebaliknya sungguh membingungkan,” ungkap William Plummer, juru bicara Huawei.
Sementara itu, juru bicara LG U+, operator telekomunikasi di Korsel mengatakan, keputusannya membeli peralatan teknologi LTE dari Huawei tidak mesti dilihat dari sisi masalah keamanan. “Huawei hanya memasok peralatan kepada kami. Perusahaan Cina tidak menjalankan jaringan komunikasi nirkabel, jaringan tersebut sepenuhnya dijalankan oleh LG U+ saja,” ujarnya.
Sejumlah pihak memandang, pengaruh keberadaan AS di Korea Selatan dikhawatirkan dapat meningkatkan ketegangan hubungan dengan Cina. Pemerintahaan Obama itu menganggap, jaringan telekomunikasi di Korsel sangat lah sensitif bagi AS. Ini mengingat, keberadaan pasukan AS selama ini di Korsel guna membantunya menghadapi ancaman Korea Utara. Pihak militer dan parlemen AS khawatir, spoinase digital Cina melalui Huawei dapat menembus sistem pertahanan pemerintah yang kemudian, informasinya diberikan ke Korea Utara.