Twitter Blokir Akun Penyebar Video Pemenggalan Jurnalis Amerika
Beberapa hari yang lalu berita pembunuhan seorang jurnalis asal Amerika Serikat, James Foley, ramai diberitakan di media cetak, media elektronik termasuk tentu saja media online. Jika sensor ketat diberlakukan di media cetak dan elektronik, media online menjadi ajang penyebaran berbagai hal termasuk video dan foto yang diklaim sebagai video pembunuhan Foley dengan cara dipenggal kepalanya oleh militan Islam garis keras, ISIS. Dan tentu saja Twitter pun kembali menjadi media paling gencar dalam penyebaran link foto dan video yang dinilai sangat mengganggu tersebut. Menyikapi banyaknya keluhan dari berbagai pihak, Twitter pun mengambil keputusan tegas dengan membekukan akun Twitter yang sudah menyebar link video dan foto tersebut.
Twitter dengan cepat berusaha mencegah para penggunanya untuk membagikan gambar dan video tersebut lebih luas lagi. Video yang mulai tersebar sejak Rabu pagi tersebut memang belum diketahui kebenarannya dimana pihak yang berwajib masih berusaha memverifikasi dan mengidentifikasi apakah korban yang dieksekusi oleh pembunuh yang mengenakan masker dan berbicara dengan aksen Inggris tersebut memang benar Foley. ISIS di Irak sendiri sudah mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pemenggalan kepala jurnalis yang biasa meliput berita peperangan tersebut.
CEO Twitter, Dick Costolo mengumumkan dalam tweetnya bahwa perusahaannya kini telah dan akan aktif menghentikan akun siapa saja yang diketahui membagi video atau foto dari kejadian tersebut. Dalam tweetnya Costolo menyebutkan bahwa mereka telah dan akan secara aktif menghentikan akun yang ditemukan berkaitan dengan gambar yang bersangkutan. Selama ini Twitter dinilai cukup lamban dalam melakukan sensor konten di jaringannya, namun peraturan menyebutkan bahwa setiap konten yang mengancam kehidupan manusia lain bisa dihapus dan akunnya dimatikan. Dalam video yang disebarkan oleh ISIS tersebut sendiri di bagian akhir menyebut ancaman akan membunuh jurnalis Amerika lain yang sudah mereka tahan, yakni Steven Joel Sotloff.
Kelompok militan Islam ISIS sendiri selama ini memang sering memanfaatkan saluran media sosial untuk mempublikasikan aksi kekerasan dan kekejaman aksi teroris mereka dan kemudian mereka mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab. Dan aksi penghentian akun oleh Twitter tersebut mulai diketahui dilakukan Twitter sejak hari Rabu oleh para pengamat yang khusus melakukan pelacakan organisasi teroris di Timur Tengah.