Direct Release: Peran Vital Skalabilitas Infrastruktur dalam Bisnis, Berkaca dari Kesuksesan Pokémon Go

Reading time:
July 29, 2016

Ditulis oleh Andre Iswanto, Senior Field System Engineer di F5 Networks Indonesia.

Pokémon Go berhasil mereguk kesuksesan dalam waktu singkat. Jutaan orang langsung mengunduh game berbasis teknologi geo-tagging dan Augmented Reality tersebut bahkan sejak hari pertama diperkenalkan. Menilik hal tersebut, ada pembelajaran yang seharusnya dapat dimanfaatkan bisnis dalam menyiapkan layanan untuk pelanggannya. Jangan sampai layanan mengalami gangguan pada akses, atau bahkan tidak dapat diakses sama sekali, yang pada akhirnya mengganggu pengalaman pelanggan.

pokemon-go-map-500x281.png

Mengambil contoh dari Pokémon Go, tentu Anda pernah mengalami – atau setidaknya mendengar – bagaimana akses menuju game sempat terhambat. Akibatnya pun cukup pelik, karena mengganggu keasyikan saat menangkap Pokémon, yang pada akhirnya mengurangi pengalaman pengguna. Hal tersebut, bisa saja terjadi karena kurangnya kapasitas, atau mungkin saja terjadi karena aplikasi dan/atau infrastrukturnya tidak dibangun untuk memiliki skalabilitas dan dapat diubahsuai. Ini mirip akan istilah “Build to Fail” yang prominen di kalangan DevOps (development & operations) dan cloud. Premis dari istilah Build to Fail sendiri adalah kesengajaan pengembang dalam menciptakan aplikasi dan infrastruktur yang gagal, untuk kemudian dijadikan pembelajaran demi meminimalisir terjadinya downtime akibat kapasitas hingga kinerja, serta gangguan pada aplikasi dan infrastruktur.

Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan didukung dengan kehadiran cloud, tak hanya Build to Fail yang perlu dilakukan Bisnis. Ada keharusan untuk melakukan “Build to Scale” yang berarti aplikasi dan/atau infrastruktur pendukungnya dibangun agar skalabel dan fleksibel demi kemudahan pengubahsuaian sesuai dengan kebutuhan di masa yang akan datang, dan dalam kasus Pokémon Go, kebutuhan dalam waktu yang singkat.

Akan tetapi untuk membangun aplikasi dan infrastruktur yang Build to Scale, bisnis kini dihadapkan dengan tantangan skalabilitas. Ada dua penyebab utama dari tantangan skalabilitas, yakni yang berhubungan dengan data source dan infrastruktur. Dimana untuk mengatasi tantangan yang disebabkan data source, perlu dilakukan pemecahan database yang berukuran sangat besar menjadi bagian-bagian kecil yang mudah untuk dikelola. Teknik ini bahkan telah diadopsi oleh hampir semua perusahaan karena dapat diterapkan pada database, layanan kinerja, dan aplikasi.

Sedangkan untuk menanggulangi tantangan skalabilitas akibat infrastruktur, diperlukan berbagai komponen pendukung seperti layanan load balancing, APIs dan script, otomasi, serta orkestrasi. Kesemuanya perlu diterapkan dalam infrastruktur, bahkan sebelum dibutuhkan. Sehingga ketika diperlukan – seperti dalam kasus Pokémon Go – aplikasi dan infrastruktur langsung skalabel sesuai dengan kebutuhan. Khusus load balancing, layanan tersebut amatlah penting untuk diterapkan di dalam berbagai arsitektur aplikasi. Tak hanya dapat menyediakan layanan load balancing yang diperlukan dalam “Build to Fail”, namun juga mendukung kebutuhan “Build to Scale”.

Kesuksesan Pokémon Go dalam waktu yang sangat singkat dapat dijadikan contoh bahwa bisnis perlu mempertimbangkan untuk melakukan Build to Fail dan Build to Scale secara bersamaan. Sehingga, bisnis dapat terus menghasilkan inovasi yang dapat menangani berbagai tantangan IT, demi meraih kesuksesan yang berkesinambungan. Dan terpenting, dapat terus menyediakan layanan yang terbaik bagi pelanggan kapan saja, di mana saja, dan dari perangkat apa saja.

Load Comments

Gadget

March 5, 2024 - 0

Review vivo V30: Lebih Murah, Lebih Kencang dan Irit dengan Snapdragon + 3 Kamera 50 MP

vivo V30 , smartphone ini juga dibawa vivo hadir resmi…
March 5, 2024 - 0

Review realme 12 Pro+ 5G: Smartphone Berkamera Tele Periscope Paling Murah!

Kalau kalian mencari smartphone mid range dengan kamera telephoto terbaik…
January 26, 2024 - 0

Review vivo Y100 5G: Desain Premium, AMOLED 120 Hz, 5G, Snapdragon BARU!

vivo Y100 5G, ini adalah smartphone terbaru dari jajaran vivo…
December 30, 2023 - 0

Review CMF Watch Pro: Smartwatch dengan Layar 1,96 Inci AMOLED dan Desain Unik

CMF Watch Pro dibanderol dengan harga Rp1.149.000. Dengan harga tersebut…

Laptop

March 7, 2024 - 0

Review MSI Prestige 13 AI EVO A1M: Laptop AI PC Super Tipis, Ringan, Kencang & Irit!

Kali ini kita kedatangan salah satu “AI PC” dari MSI.…
March 6, 2024 - 0

Review Axioo Hype 5 AMD: Laptop 5 Jutaan Sekencang & Selengkap Ini?

Laptop murah yang harganya 5 jutaan ini ternyata kuat juga…
March 5, 2024 - 0

Review ASUS Vivobook Pro 16X OLED K6604: Laptopnya Kreator Profesional!

Laptop ini cocok banget untuk cari duit terlebih bagi kalangan…
February 6, 2024 - 0

Rekomendasi Laptop Premium dari HP – Mulai 10 Jutaan

Di Video rekomendasi kali ini, kami coba pilihkan untuk kalian…

Gaming

March 11, 2024 - 0

Masuk First Take, Nobuo Uematsu Bawa OST Final Fantasy VII Rebirth – “No Promises to Keep”

Karir yang cukup panjang dan ragam karya yang tidak tergantikan…
March 8, 2024 - 0

Game Fighting Hunter x Hunter Dipastikan 2D!

Gamer mana yang tidak bergembira mendengar bahwa akhirnya, anime /…
March 8, 2024 - 0

Command & Conquer: Generals Kini Tersedia di Steam!

Sepertinya sulit untuk membicarakan game RTS dengan elemen militer kental…
March 8, 2024 - 0

Overwatch 2 Kolaborasi dengan Cowboy Bebop, Hadirkan Trailer Keren!

Kolaborasi antara dua buah franchise yang hadir di media yang…