Review Prosesor AMD RYZEN 7 1800X

Reading time:
March 2, 2017

Ruang Lingkup dan Metode Pengujian

Menulis artikel saat masih di pesawat karena pendeknya jarak antara pengujian dengan NDA release date
Menulis artikel saat masih di pesawat karena pendeknya jarak antara pengujian dengan NDA release date? Tidak masalah selama ada Wi-Fi !

Terdapat waktu yang cukup pendek antara waktu perilisan Ryzen, dengan batas waktu NDA-nya dilepas, di mana prosesor ini rilis tanggal 22 Februari dan NDA Lift 2 Maret 2017. Di tengah waktu yang sangat sempit itu, kami juga mendapatkan tantangan lain karena ada sebuah press event internasional, lagi-lagi di San Francisco, yang harus kami hadiri tanggal 27 Februari – 1 Maret 2017. Dengan waktu pengujian kurang dari 3 x 24 jam, kami harus mengefisiensikan sebagian besar pengujian kami, menggunakan pengujian yang singkat namun masih cukup untuk menunjukkan kemampuan Ryzen di berbagai workload yang umum dijumpai sehari-hari.

Pemilihan Prosesor Pembanding

Kami mulai dengan set-up testbed, dimana karena keterbatasan waktu kami terpaksa hanya menggunakan satu sistem pembanding, yakni Core i7-6900K ‘Broadwell-E’. Prosesor ini adalah prosesor high-end seharga USD 1000 lebih yang menjadi target pesaing prosesor Ryzen 7 1800X. Saat kami menulis artikel ini, Core i7-6900K adalah prosesor desktop 8-core terkencang di dunia, yang diluncurkan pada ajang Computex 2016 tahun lalu  menggantikan posisi Core i7-5960X.

Konfigurasi RAM

G.Skill Trident Z 4 x8 GB
G.Skill Trident Z 4 x 8 GB

Ryzen press kit datang dengan RAM Corsair Vengeance DDR4-3000Mhz CL15, yang nantinya bisa berjalan di speed DDR4-2933Mhz di platform Ryzen (karena Ryzen tidak memiliki DRAM Ratio DDR4-3000, sehingga RAM berjalan di rasio terdekat, DDR4-2933). Namun, kami juga menguji kemampuan platform ini dengan sebuah RAM G.Skill TridentZ 4 x 8GB yang kami jalankan di profil XMP keduanya, yakni DDR4-2666, lalu timing-nya diubah manual ke 15-15-15-36 1T. Konfigurasi timing RAM seperti ini cukup umum dijumpai di RAM-RAM yang umum beredar di pasaran saat ini.

Sistem 6900K akan diuji dengan konfigurasi RAM 4 x 8GB DDR4-2666 CL15, sedangkan Ryzen akan diuji pada 4 x 8 GB DDR4-2666, dan 2 x 8GB DDR4-2933 (dari press kit sample).

Catatan: Kami tidak menguji sistem ini pada konfigurasi DDR4 default, yakni DDR4-2133, karena pada sebuah platform yang harga prosesornya sekitar 500 USD ini, kami berasumsi para system integrator maupun pengguna yang merakitnya sudah memiliki budget ekstra untuk membeli RAM dengan kecepatan setidaknya DDR4-2400 atau DDR4-2666, toh per bulan Maret 2017 ini perbedaan harga antara RAM kit dengan kecepatan DDR4-2133 dengan DDR4-2666 bedanya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan harga overall dari platformnya.

 

Konfigurasi VGA

Ryzen7_1800X_17
Radeon RX 480 reference, dengan Cooler diganti ke PCCooler K120E

Umumnya, sebuah prosesor flagship kelas teratas lazim disandingkan dengan VGA kelas enthusiast. Namun, mengingat price tag dari prosesor flagship Ryzen masih ada di kelas USD 500, kami masih mencoba mempertimbangkan berbagai pengguna yang mungkin menggunakan kartu grafis kelas menengah seperti Radeon RX 480, sedangkan pengujian VGA kelas atas-nya kami serahkan kepada GeForce GTX 980 Ti. GTX 980 Ti mungkin sudah berumur sekitar 2 tahun-an, tetapi ia cukup untuk menggambarkan performa VGA high-end dari pengguna PC tahun 2015-an yang mungkin ingin meng-upgrade prosesor saja.

Ryzen7_1800X_16
MSI GTX 980 Ti Lightning

Resolusi kami jaga di 1080p baik untuk RX 480 dan GTX 980 Ti. Di RX 480 resolusi ini cukup banyak digunakan dan kemungkinan besar limitasi akan masih berada di GPU, sedangkan pada GTX 980 Ti resolusi ini biasanya dipilih pengguna dengan skenario high-refresh rate gaming (120-144hz+ display).

Benchmark

Melakukan benchmark pada sebuah platform yang sama sekali baru bukanlah hal mudah, apalagi jika waktu pengujiannya sangat terbatas. Kami sendiri sudah memilih beberapa benchmark sintetis yang sering kami gunakan pada review prosesor, seperti Cinebench R15, Geekbench 3, AIDA Memory Benchmark dan juga 3DMark. Pengujian tersebut harusnya cukup untuk memberi gambaran performa CPU, memori, dan juga kartu grafis secara singkat.

Kemudian, mempertimbangkan bahwa Ryzen kemungkinan besar ditujukan pada para content creator, kami menambahkan 3 test real-world pada aplikasi Photoshop CC, Blender, dan juga Handbrake.

Gaming Tests

Setiap game memiliki karakteristik yang unik saat digunakan untuk menguji prosesor, ada game yang umumnya tidak menunjukkan peningkatan performa dengan CPU lebih kencang (seperti The Witcher 3), ada game yang menuntut performa single-core (single-threaded), dan ada juga yang menuntut penggunaan multi-core. Di test ini kami memilih menggunakan game yang sudah kami kenal karakteristik-nya untuk menguji prosesor. Agak sulit untuk menguji skenario yang spesifik, terutama mencari game pada skenario dimana single-threaded performance-nya mengalami bottleneck, atau menguji gaming + streaming sekaligus (walau kami tertarik untuk mencari metode pengujian untuk skenario tersebut), atau bahkan pengujian pada skenario VR.

Jadi, berikut list game yang kami gunakan:

  • GTA V
  • Assassin’s Creed Unity
  • Rise Of The Tomb Raider (DX11)
  • Civilization VI (DX12)
  • Ashes of the Singularity (DX12)

GTA V dan ACU dimainkan seperti biasa kemudian di-capture framerate + frametime-nya oleh tool FRAPS untuk mengambil nilai average FPS dan 99th percentile FPS (1% Minimum FPS). Sedangkan Rise of the Tomb Raider, Civilization VI, dan Ashes of the Singularity diuji dengan benchmark internal masing-masing.

Tambahan: Sekilas mengenai FPS dan Frame Time

Ada beberapa skenario pengujian dalam gaming yang menghasilkan variasi framerate cukup tinggi yang tidak bisa terdeteksi oleh penghitungan average FPS(frame per second) saja. Kejadian ini membuat kami memutuskan untuk melihat data Frametime log. Frametime adalah waktu dimana 1 (satu) frame akan di-render oleh sistem, biasanya dalam satuan milliseconds (ms). Selama ini kami menggunakan FPS (Frame per second) sebagai unit pengukuran untuk mempermudah perbandingan. Namun, ada kalanya pengukuran frame time ini bisa lebih penting, karena bisa memberi kami data untuk melihat seberapa jauh variance/perbedaan dari waktu render masing-masing frame.

Umumnya, waktu render yang jauh berbeda antar frame, misal frame pertama dirender pada 16.7 ms, lalu frame kedua pada 40 ms, lalu frame ketiga pada 16.7 ms, akan membuat kita merasa adanya ‘stuttering’ dalam game.

Sebagai perbandingan, inilah konversi FPS ke Frametime:
(dengan rumus FPS = 1000/Frametime,  frametime dalam satuan ms. Berlaku sebaliknya, Frametime = 1000/FPS )

  • 120 FPS = 8.3 ms (1000/120 = 8.3)
  • 60 FPS = 16.7 ms (1000/60 = 16.7)
  • 30 fps = 33.3 ms (1000/30 = 33.3)
  • 20 fps = 50 ms (1000/20 = 50)

Ini berarti makin KECIL frametime, makin BESAR FPS-nya, dan berlaku sebaliknya.

Setelah menganalisa lebih lanjut, kami menemukan bahwa ada juga cara mudah untuk menentukan apakah sebuah sistem PC mengalami ‘stutter’ yang parah atau tidak. Salah satunya adalah dengan menganalisa frametime log dari beberapa tool seperti OCATTool sederhana ini dapat menghitung secara otomatis bagian 1% frame yang ‘terburuk’ dari sekumpulan data frame time (a.k.a 99th percentile).

Tentunya, PC yang nilai ‘1% minimum FPS’-nya jauh lebih rendah dari FPS rata-rata, pastinya akan mengalami ketidaknyamanan berupa berbagai kejadian ‘stutter’ dalam game.

[caption id="attachment_12286" align="aligncenter" width="500"]Pada sampel data frametime berikut, terlihat bahwa data Average tidak terlalu mencerminkan 'spike' yang terjadi, sedangkan data 99th percentile-nya lebih mendekati sebagian besar lonjakan yang terjadi sepanjang game berlangsung Pada sampel data frametime berikut, terlihat bahwa data Average tidak terlalu mencerminkan ‘spike’ yang terjadi, sedangkan data 99th percentile-nya lebih mendekati sebagian besar lonjakan yang terjadi sepanjang game berlangsung[/caption]

Daftar Pengujian

Jadi, merangkum metoda testing kami kali ini, berikut pengujian yang akan kami jalankan pada Ryzen dan pembandingnya:

  • 6 benchmark sintetis
  • 3 real-world application workload
  • 5 game (3x DX11, 2x DX12) – pada VGA mainstream, dan VGA high-end
  • Konsumsi daya (saat load Cinebench, dan load gaming GTA V)

Tentu, masih banyak variabel yang perlu dikaji dari platform baru ini, seperti kemampuan I/O-nya dalam menangani high-speed storage, kemudian juga kami belum menemukan mana sensor temperatur yang valid untuk diikuti sehingga belum bisa melakukan thermal testing yang mendalam. Kami masih ingin menguji beberapa software yang memiliki instruction set khusus (seperti AVX) dan melihat bagaimana arsitektur Ryzen menangani hal tersebut, dan juga beberapa konfigurasi lain seperti Multi-GPU (SLI/CF). Sayangnya, semua hal tersebut harus kami lakukan lain waktu.

Baik, mari bahas spesifikasi testbed yang kami gunakan kali ini!

Testbed

Ryzen7_1800X_10

Berikut spesifikasi dari hardware kami gunakan untuk menguji:

PC1 (AMD Ryzen 1800X Setup)

  • Prosesor: AMD Ryzen 7 1800X
  • Motherboard: Gigabyte AORUS AX370-Gaming 5, F3 Official BIOS
  • RAM 1: Corsair Vengeance DDR4-3000 CL15 2x8GB (run @ DDR4-2933)
  • RAM 2: G.Skill TridentZ DDR4-3600 CL16 4x8GB (run @ DDR4-2666)
  • HSF: Noctua NH-U12S SE-AM4 (press kit edition with NF-F12 IPPC 2000 Fan)

PC2 (Intel Core i7-6900K Setup)

  • Prosesor: Intel Core i7-6900K
  • Motherboard: Gigabyte X99 SOC Champion
  • RAM : G.Skill TridentZ DDR4-3600 CL16 4x8GB (run @ DDR4-2666)
  • HSF: Noctua NH-U14S

Komponen Umum

  • VGA 1: Radeon RX 480 8GB GDDR5 (reference version)
  • VGA 2: MSI GeForce GTX 980 Ti Lightning
  • SSD: Toshiba Q300 Pro + HyperX 3K 240GB
  • PSU 1 (untuk Radeon RX 480): Enermax NAXN 500W
  • PSU 2 (untuk GeForce GTX 980 Ti): Corsair AX1200i
  • OS: Windows 10 Pro 64-bit (build 14393 Anniversary Edition)

Sebagai keterangan tambahan, PSU Enermax NAXN digunakan di penggunaan sistem berbasis RX 480 karena konsumsi daya total sistem di sini masih sangat masuk akal untuk dijalankan di PSU dengan rating 500W. Pada GTX 980 Ti kami menggunakan AX1200i karena GTX 980 Ti Lightning memiliki konfigurasi pin daya 8+8+6.

Baik, mari maju ke halaman berikutnya: Konfigurasi Hardware

Load Comments

Gadget

March 5, 2024 - 0

Review vivo V30: Lebih Murah, Lebih Kencang dan Irit dengan Snapdragon + 3 Kamera 50 MP

vivo V30 , smartphone ini juga dibawa vivo hadir resmi…
March 5, 2024 - 0

Review realme 12 Pro+ 5G: Smartphone Berkamera Tele Periscope Paling Murah!

Kalau kalian mencari smartphone mid range dengan kamera telephoto terbaik…
January 26, 2024 - 0

Review vivo Y100 5G: Desain Premium, AMOLED 120 Hz, 5G, Snapdragon BARU!

vivo Y100 5G, ini adalah smartphone terbaru dari jajaran vivo…
December 30, 2023 - 0

Review CMF Watch Pro: Smartwatch dengan Layar 1,96 Inci AMOLED dan Desain Unik

CMF Watch Pro dibanderol dengan harga Rp1.149.000. Dengan harga tersebut…

Laptop

March 7, 2024 - 0

Review MSI Prestige 13 AI EVO A1M: Laptop AI PC Super Tipis, Ringan, Kencang & Irit!

Bodi MSI Prestige 13 AI EVO A1M Form Factor Clamshell…
March 6, 2024 - 0

Review Axioo Hype 5 AMD: Laptop 5 Jutaan Sekencang & Selengkap Ini?

Bodi Form Factor Clamshell Material Polycarbonate Warna Blue Terlihat kalau…
March 5, 2024 - 0

Review ASUS Vivobook Pro 16X OLED K6604: Laptopnya Kreator Profesional!

Bodi dan Desain Form Factor Clamshell Material Aluminium untuk punggung…
February 6, 2024 - 0

Rekomendasi Laptop Premium dari HP – Mulai 10 Jutaan

Di Video rekomendasi kali ini, kami coba pilihkan untuk kalian…

Gaming

March 8, 2024 - 0

Game Fighting Hunter x Hunter Dipastikan 2D!

Gamer mana yang tidak bergembira mendengar bahwa akhirnya, anime /…
March 8, 2024 - 0

Command & Conquer: Generals Kini Tersedia di Steam!

Sepertinya sulit untuk membicarakan game RTS dengan elemen militer kental…
March 8, 2024 - 0

Overwatch 2 Kolaborasi dengan Cowboy Bebop, Hadirkan Trailer Keren!

Kolaborasi antara dua buah franchise yang hadir di media yang…
March 8, 2024 - 0

Kreator Dragon Ball – Akira Toriyama Meninggal Dunia

Hampir semua anak-anak Indonesia yang sempat tumbuh besar di era…