Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB DDR4-3200 32GB Kit (4x 8GB)
Galeri
Kemasan paket penjualan Dominator Platinum RGB ini didesain dengan gaya yang sama dengan Dominator Platinum. Bentuk segi-delapan seperti ini memang sudah menjadi ciri khas dari Dominator Platinum. Tidak terkesan mewah, layaknya kemasan paket penjualan sebuah produk kelas premium, tetapi Corsair tetap mengemasnya dengan sangat baik.
Ketika kemasan dibuka, terlihat empat modul Dominator Platinum RGB dalam kit 4x 8 GB ini. Masing-masing modul dibungkus oleh kemasan terpisah, dan masing-masing kemasan ditempatkan di “frame” busa. Hal ini menunjukkan bahwa Corsair benar-benar mengemas modul-modul Dominator Platinum RGB ini dengan sangat baik. Kemasan terpisah dan “frame” busa menjamin modul tidak akan mengalami kerusakan selama ada di dalam kemasannya.
Ketika membuka kemasan modul dan memegang modul Dominator Platinum RGB, kesan premium memang langsung terasa. Heatspreader yang digunakan terasa begitu kokoh. Hal seperti ini memang bisa ditebak akan dijumpai di RAM kelas premium dari produsen ternama.
Corsair memilih menggunakan warna abu-abu tua, mendekati hitam, untuk heatspreader, serta komponen pelengkap sistem pendingin dari modul RAM ini, termasuk top-bar dan fin. Tekstur permukaan heatspreader agak sedikit kasar, yang sayangnya membuat bercak minyak jadi mudah melekat di permukaan heatspreader. Namun, hal itu bukan suatu hal yang mengganggu.
Di balik top-bar dan fin dari modul RAM ini, terdapat lightbar, tempat 12 Capellix RGB LED ditempatkan. Posisi penempatan lightbar tersebut membuat nyala RGB LED bisa terlihat baik dari sisi atas modul maupun sisi kanan-kiri modul, lewat celah di antara fin. Di sisi atas, terdapat teks “DOMINATOR” di area tengah, yang juga dilengkapi dengan 2 LED di baliknya.
Seperti informasi dari Thaiphoon Burner di halaman sebelumnya, modul RAM Dominator Platinum RGB 4x 8 GB yang kami terima ini berjenis single-sided. Terlihat, IC hanya ditempatkan di satu sisi PCB, sementara sisi lain kosong. Corsair menempatkan semacam bantalan di sisi kosong tersebut, untuk menyangga heatspreader dari sisi tersebut, membuat PCB tepar berada di tengah dua sisi heatspreader. Sayangnya, belum diketahui apakah bantalan itu adalah thermal pad, atau hanya sekadar bantalan penyangga saja.
Ruang Lingkup & Metode Pengujian
Untuk pengujian performa, kami akan membandingkan performa yang ditawarkan oleh Corsair Dominator Platinum RGB ini dalam dua kondisi, yaitu saat RAM berjalan di SPD (default) dan saat berjalan sesuai dengan XMP. Pengujian yang kami lakukan melingkupi:
- Benchmark sintetis:
- Geekbench 3 – Memory Score (Multi Core)
- Geekbench 4 – Memory Latency Score (Single Core)
- Geekbench 4 – Memory Bandwidth (Multi Core)
- 3DMark 11 – Physics Score
- 3DMark Time Spy – CPU Score
- Game:
- Ashes of The Singularity: Escalation (internal benchmark)
- Far Cry 5 (internal benchmark)
- Final Fantasy XV Benchmark – (internal benchmark + FRAPS untuk 1% Min. FPS)
Tambahan: Sekilas mengenai FPS dan Frame Time
Ada beberapa skenario pengujian dalam gaming yang menghasilkan variasi framerate cukup tinggi yang tidak bisa terdeteksi oleh penghitungan average FPS(frame per second) saja. Kejadian ini membuat kami memutuskan untuk melihat data Frametime log. Frametime adalah waktu dimana 1 (satu) frame akan di-render oleh sistem, biasanya dalam satuan milliseconds (ms). Selama ini kami menggunakan FPS (Frame per second) sebagai unit pengukuran untuk mempermudah perbandingan. Namun, ada kalanya pengukuran frame time ini bisa lebih penting, karena bisa memberi kami data untuk melihat seberapa jauh variance/perbedaan dari waktu render masing-masing frame.
Umumnya, waktu render yang jauh berbeda antar frame, misal frame pertama dirender pada 16.7 ms, lalu frame kedua pada 40 ms, lalu frame ketiga pada 16.7 ms, akan membuat kita merasa adanya ‘stuttering’ dalam game.
Sebagai perbandingan, inilah konversi FPS ke Frametime:
(dengan rumus FPS = 1000/Frametime, frametime dalam satuan ms. Berlaku sebaliknya, Frametime = 1000/FPS )
- 120 FPS = 8.3 ms (1000/120 = 8.3)
- 60 FPS = 16.7 ms (1000/60 = 16.7)
- 30 fps = 33.3 ms (1000/30 = 33.3)
- 20 fps = 50 ms (1000/20 = 50)
Ini berarti makin KECIL frametime, makin BESAR FPS-nya, dan berlaku sebaliknya.
Setelah menganalisa lebih lanjut, kami menemukan bahwa ada juga cara mudah untuk menentukan apakah sebuah sistem PC mengalami ‘stutter’ yang parah atau tidak. Salah satunya adalah dengan menganalisa frametime log dari beberapa tool seperti FRAFS, Tool sederhana ini dapat menghitung secara otomatis bagian 1% frame yang ‘terburuk’ dari sekumpulan data frame time ( 1% Minimum Framerate, a.k.a 99th percentile).
Tentunya, PC yang nilai ‘1% minimum FPS’-nya jauh lebih rendah dari FPS rata-rata, pastinya akan mengalami ketidaknyamanan berupa berbagai kejadian ‘stutter’ dalam game.
Testbed
- Processor: Intel Core i9-7900X
- Motherboard: ASUS ROG Strix X299-E Gaming
- CPU Cooler: Cooler Master MasterLiquid 240
- RAM: Corsair Dominator Platinum RGB 4x 8GB DDR4-3200 CL14
- VGA:
Zotac GeForce GTX 1050 Ti 4GB (Pengujian Non-Game)
ASUS ROG Strix GeForce RTX 2070 (Pengujian Game) - Storage: Samsung 960 Pro 1 TB
- PSU: Corsair HX850
- OS: Windows 10 Spring Creators Update 1803
- Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB - Perkenalan Produk & Spesifikasi
- Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB - Galeri, Ruang Lingkup & Metode Pengujian, Testbed
- Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB - Corsair iCUE & Pengaturan RGB Lighting
- Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB - XMP & Hasil Pengujian Sintetik
- Review RAM Corsair Dominator Platinum RGB - Hasil Pengujian Game & Penutup