Studi Palo Alto Networks: E-Commerce Jadi Sasaran Kejahatan Siber di Masa Pandemi
Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang memanfaatkan e-commerce sebagai sarana untuk berbelanja online dari rumah untuk berbagai macam kebutuhan mereka. Namun di satu sisi, maraknya penggunaan e-commerce ini justru menjadi “ladang” bagi para hacker untuk melancarkan aksinya dalam memperoleh keuntungan.
Palo Alto Networks yang merupakan salah satu pemimpin di bidang keamanan siber global, hari ini mengumumkan hasil studi terbaru mereka dimana saat mengkaji perilaku bisnis di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Singapura, Filipina dan Thailand, terhadap keamanan siber. Hal menarik yang ditemukan hasil studi tersebut adalah sekitar 66% kejahatan siber berpotensi diserang terutama yang berkaitan dengan layanan digital seperti e-commerce. Layanan pembayaran online juga tak luput dari serangan para hacker di masa pandemi ini.
Surung Sinamo, selaku Country Manager Palo Alto Networks, Indonesia, mengatakan bahwa Perusahaan-perusahaan di Indonesia saat ini tengah dihadapkan oleh jenis-jenis serangan siber baru. Saat ini, Indonesia merupakan rumah bagi populasi terbesar pengguna internet di dunia, dengan lanskap e-commerce dan pembayaran digital yang berkembang pesat. “Serangan hacker yang tertuju pada e-Commerce dan pembayaran digital, tak lain dikarenakan adanya transaksi keuangan yang terjadi sehingga dianggap lebih menguntungkan para hacker tersebut”, Tutur Surung Sinamo.
Surung menambahkan, perusahaan-perusahaan Indonesia sebenarnya sangat menyadari akan arti pentingnya penerapan higiene di lingkungan siber dasar. Akan tetapi, edukasi tentang keamanan siber saja belum mencukupi. Perangkat-perangkat untuk keamanan siber yang mendayagunakan otomatisasi dan machine learning, telah menjadi instrumen untuk melakukan tindakan preventif serta mempercepat respons terhadap ancaman-ancaman siber, baik yang diketahui maupun tidak, setiap harinya.
Berdasarkan hasil studi Palo Alto Networks, melihat banyaknya upaya pembobolan dan serangan siber yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 dan 2019, tidak mengejutkan apabila temuan dari survei menunjukkan 4 dari 5 perusahaan (84%) menyatakan telah meningkatkan anggaran mereka untuk keamanan siber pada kurun waktu tersebut (sebelum terjadinya pandemi COVID-19).
Persentase tersebut menjadi yang terbesar di antara negara-negara lain yang disurvei. Faktanya, 44% perusahaan yang disurvei menyatakan bahwa mereka telah mendedikasikan lebih dari setengah anggaran TI mereka untuk keamanan siber sebagai bentuk respons atas meningkatnya volume maupun kecanggihan serangan siber. Fakta ini mencerminkan adanya peningkatan kesadaran perusahaan-perusahaan terhadap perpetaan ancaman keamanan siber di kawasan regional.