Kingdom Hearts adalah sebuah game yang “aneh”, sebuah status yang tetap bertahan selama belasan tahun terakhir ini.
Terlihat bingung, ragu, dan pesimis bahwa namanya masih menyimpan posisi yang istimewa di hati gamer, kesan inilah yang didapatkan ketika kita bicara soal Ace Combat dari Bandai Namco.
Tidak terlalu familiar, punya rasa skeptis yang kuat, dan tidak pernah melihatnya sebagai alternatif yang reliable untuk pengganti display, minimnya pengetahuan kami terkait produk proyektor di pasaran memang menciptakan rasa “anti” yang tidak rasional.
Jika kita berbicara soal game horror dari Indonesia, maka sebagian besar dari kita mungkin aka langsung mengacu pada nama Dreadout dari Digital Happiness.
Lupakan dahulu keputusan HP untuk tetap mempertahankan nama dengan kode yang nyaris sulit untuk diingat, bahkan untuk jajaran produk gaming mereka – Omen by HP yang kembali terjadi di artikel Playtest kali ini.
Battlefield adalah salah satu franchise FPS terbesar di industri game, sebuah fakta yang tidak lagi terbantahkan.
Indah dan menawan bukanlah dua kata yang terasosiasi dengan sebuah game dari developer kecil.
Sebuah game open-world dengan identitas jelas yang terus dieksplorasi oleh sang developer dan publisher dengan tepat, tidak ada kalimat lagi yang lebih tepat untuk menjelaskan nama Just Cause di industri game.
“Valve tidak lagi membuat game karena terlalu sibuk menikmati kekayaan dari Steam”, berapa sering Anda mendengar pernyataan yang satu ini?
Menggembirakan tentu saja melihat tren bahwa “Remaster” tidak lagi dilihat sebagai solusi mumpuni untuk menjual game lawas kepada gamer-gamer generasi terbaru.
Lima buah seri dan seri baru lainnya yang tengah dikembangkan, aneh dan ajaib memang untuk menemukan bahwa terlepas dari premisnya yang menarik, banyak gamer di luar region Jepang yang masih tidak familiar dengan nama Earth Defense Force.
Audio adalah bagian super penting untuk menikmati sebuah video game dengan tepat.
Rockstar Games, nama developer yang satu ini memang punya asosiasi kuat dengan dua kata yang seringkali bergandengan di satu kalimat yang sama: game open-world dan berkualitas tinggi. Hampir semua gamer sepertinya mengenal citra yang satu ini, apalagi setelah bercermin pada produk yang mereka hasilkan di masa lalu.
Jangan pernah berani menyebut Anda sebagai seorang gamer jika Anda tidak pernah mendengar atau memainkan sebuah video game legendaris bernama “Tetris” sebelumnya.
Menyebutnya gila memang tidak berlebihan. Dari sebuah game yang berhasil mencuri perhatian dunia karena kemampuannya menyajikan cerita dengan karakter memorable dan begitu banyak momen dramatis di dalam mode campaign, menjadi sebuah game yang kini hanya “sekedar” menjual mode multiplayer saja.