Belajar Agama dari In the Name of God

Jika Anda pengikut setia Jakarta International Film Festival (Jiffest), mungkin Anda tidak asing mendengar judul film yang satu ini. Film asal Pakistan ini menjadi salah satu film asing yang diputar pada Jiffest 2008. Respon masyarakat dan kritikus film terhadap film ini sangat luar biasa, membuat akhirnya film ini berhasil diperjuangkan untuk beredar di seluruh bioskop di Indonesia.
Berbeda dengan negara tetangganya, India, Pakistan memang jarang terdengar gaungnya dalam industri perfilman. Walau begitu, bukan berarti mereka tidak bisa memproduksi film berkualitas. Salah satu contohnya adalah In The Name of God (Khuda Kay Liye).
Film ini memang bukan film baru, namun isu yang diangkat di film ini masih hangat dibicarakan hingga saat ini. Sang sutradara, Shoaib Mansoor berhasil menyajikan sebuah film yang otentik mengenai ajaran Islam yang sebenarnya. Perbedaan pandangan mengenai ajaran salah satu agama besar tersebut ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia, namun hampir di seluruh negara Islam di dunia. Inilah yang membuat Mansoor membuat sebuah film yang bertujuan menjelaskan kepada dunia mengenai ajaran Islam yang sebenarnya.
Di Pakistan sendiri, film ini menggugah hati banyak orang. Untuk ukuran film independen, In the Name of God menjadi sebuah film spesial yang berhasil menembus pasaran nasional Pakistan. Tidak hanya itu saja, film ini pun berhasil melejit dan melebarkan sayapnya hingga ke Inggris, Uni Eropa, dan Amerika! Prestasi tersebut dilengkapi dengan perolehan delapan penghargaan di lima ajang penghargaan di seluruh dunia.

Film ini mengangkat beberapa isu dan pertentangan yang sering terjadi di dalam tubuh Islam sendiri, seperti boleh-tidaknya bermain musik, menikahi orang di luar Islam, dan definisi jihad. Film ini juga mengisahkan perjuangan seorang Muslim di Amerika saat peristiwa 9/11 terjadi. Bukan perjuangan semacam jihad, namun perjuangannya mempertahankan kemurnian agamanya di tengah tekanan besar dari lingkungan sekitarnya. Sepintas film ini mengingatkan kita kepada film produksi India, My Name is Khan. Dari informasi yang saya dapat, film inilah yang menginspirasi Karan Johar membuat My Name is Khan.

Saat menyaksikan film ini, saya menyadari satu hal bahwa pertentangan tersebut ternyata terjadi di (hampir) seluruh negara Islam di dunia. Perbedaan pandangan dan persepsi mengenai ajaran Islam membuat beberapa pihak bertindak di luar batas dan pada akhirnya justru mencoreng nama Islam di mata dunia.
Satu hal yang sangat saya suka dari film ini adalah adanya semacam “konfirmasi” mengenai semua kesalahkaprahan yang sering terjadi mengenai ajaran Islam yang justru sering terjadi di lingkungan pesantren atau pemuka agama. Semua keraguan dan kekeliruan diluruskan di film ini! Saya berharap semakin banyak pemuka agama yang bisa mempertahankan kemurnian ajaran Islam sehingga pemeluk agama ini dapat hidup tenang di mana pun mereka berada, tanpa perlu merasa dianggap kolot, dicurigai, didiskriminasi, dan dilabeli “teroris”.
Tanggal rilis:
5November 2010
Genre:
Drama, crime
Durasi:
165 menit
Sutradara:
Shoaib Mansoor
Pemain:
Shaan, Fawad Khan, Iman Ali, Alex Edward, Rasheed Naz, Naseeruddin Shah, Austin Marie Sayre