Kolaborasi Video Dapat Mengurangi Biaya dan Perjalanan Dinas
Baru-baru ini, CISCO memaparkan hasil dari penelitian global mengenai persepsi pasar terhadap teknologi kolaborasi video di lingkungan kerja. Teknologi kolaborasi video yang dimaksud di dalam survei ini adalah telepresence dan konferensi video. Penelitian ini dijalankan oleh Ipsos Mori, yang mensurvei 500 karyawan di negara Australia, China, Denmark, Perancis, Jerman, Belanda, Norwegia, Rusia, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat. Survei ini dilakukan dari bulan Mei dan Juni 2010.
Penggunaan kolaborasi video dapat menghemat waktu para karyawan. Setidaknya 46% karyawan di China percaya kalau mereka dapat menghemat waktu tujuh jam per minggu. Sebanyak 20% responden di Rusia percaya kalau mereka dapat menghemat waktu lebih dari tujuh jam per minggu dengan menggunakan kolaborasi video dan telepresence. Sedangkan 90% dari seluruh responden percaya teknologi ini dapat menghemat waktu dua jam kerja tiap minggu. Hal tersebut dimungkinkan karena tidak adanya lagi waktu yang terbuang akibat macet di jalanan atau kendala cuaca.
Semua responden, termasuk pengguna dan non-pengguna, setuju bahwa kolaborasi video dapat meningkatkan kualitas komunikasi saat mereka bekerja dari rumah (68%). Kolaborasi video dapat membantu mereka untuk meningkatkan kenyamanan kerja saat di rumah. Jika terjadi masalah di tempat pekerjaan, kolaborasi video dapat membantu para karyawan. Setidaknya 67% responden menyatakan hal tersebut.
Lebih dari dua pertiga (68%) dari semua responden melihat manfaat menjaga lingkungan dengan menggunakan teknologi kolaborasi video, baik melalui tanggung jawab terhadap lingkungan maupun berkurangnya perjalanan.
Apakah responden yang belum mencoba solusi ini ingin segera menggunakan kolaborasi video? Ternyata sepertiga dari responden yang tidak menggunakan solusi kolaborasi video menyatakan mereka ingin menggunakannya jika tersedia bagi mereka. Namun, banyak karyawan yang belum mau menggunakan teknologi tersebut walau sudah tersedia. Perancis (54%) tercatat sebagai negara dengan persentase tertinggi untuk karyawan yang tidak menggunakan teknologi kolaborasi video walau sudah tersedia. Sedangkan negara lainnya tercatat, Amerika Serikat (21%), Swedia (13%), Jerman (13%), dan Spanyol (13%).