NostalGame : Final Fantasy VIII
Apa yang Paling Saya Sukai dari Final Fantasy VIII?
Saya memang jatuh cinta dengan game ini sejak pertama kali melihatnya. Ketika baru memiliki konsol PlayStation, Final Fantasy VIII merupakan salah satu game RPG pertama yang saya mainkan. Waktu itu, saya belum begitu familiar dengan sistem permainan yang disebut Role Playing Game dan ketertarikan saya hanya dipicu oleh satu hal : Gosip!
Ketika masa sekolah dulu, semua teman gamer akan berkumpul sebelum jam masuk sekolah untuk membahas game-game yang sedang mereka mainkan. Well, tidak jarang juga yang kemudian meminta tips dan trik permainan. Nah, dari berbagai informasi itulah kemudian banyak yang mengemukakan dan sependapat bahwa game terbaik yang sedang mereka mainkan saat itu adalah Final Fantasy VIII. Ada yang bilang kalau kualitas grafisnya mantap, desain karakter yang keren, skill yang brutal, dan tentu saja monster summon yang memesona. Dan reaksi saya ketika itu, “Masa sih?!”
So, singkatnya – saya akhirnya memutuskan untuk membeli game dengan 4 disc pertama yang benar-benar menguras kantong saya. Reaksi pertama yang muncul saat saya mencoba game ini hanyalah tertegun dengan mulut yang ternganga sembari mengucapkan berbagai nama binatang dari mulut yang masih polos kala itu. Man, this is awesome!
Full Motion Video (FMV)
Siapa yang bisa melupakan adegan pertarungan antara Squall dan Seifer di awal permainan Final Fantasy VIII? Kualitas FMV (Full-Motion Video) yang dihadirkan di kala itu memang merupakan yang terbaik di masanya, begitu halus dan dramatis. Apalagi disuguhi dengan soundtrack “Liberi Fatali” karya Nobuo Uematsu yang membuat segalanya menjadi mudah terbakar di ingatan. Dentingan gunblade yang keras, kelembutan wajah Rinoa yang halus, sosok Edea yang kelam, dan Seifer yang keren (saya sampai sekarang masih lebih menyenangi Seifer dibandingkan Squall). Dalam pikiran saya waktu itu, game ini akan tampil sangat keren.

FMV memang menjadi nilai jual dari game ini. Berbagai FMV super keren dihadirkan di dalamnya, bahkan beberapa di antaranya disisipkan di tengah permainan dan mampu membuat jalinan plot yang hadir menjadi jauh lebih solid. Adegan ballroom dance antara Squall dan Rinoa, plus pertarungan antara Balamb dan Galbadia Garden menjadi adegan saya yang paling favorit.
Desain Karakter
![]() |
![]() |
Anda pasti berbohong jika mengatakan bahwa desain karakter di keseluruhan game Final Fantasy VIII adalah sebuah kegagalan. Anda boleh bertanya kepada setiap pemilik Playstation generasi pertama, baik yang merupakan penggemar RPG maupun yang tidak, apakah mereka mengenal sosok Squall atau tidak. Saya yakin sebagian besar darinya pasti mengatakan iya. Kemampuan Squaresoft saat itu untuk mendesain berbagai karakter memorable di game ini memang pantas diacungi jempol.
![]() |
![]() |
Dari begitu banyak karakter yang dihadirkan di dalamnya, saya hanya jatuh cinta pada dua karakter saja. Yang pertama tentu saja Seifer, si bocah sombong pemberontak yang tampil cool dan kejam ini memang selalu menarik hati saya secara pribadi. Apalagi rivalitasnya dengan Squall membuat plot cerita semakin kompleks. Karakter kedua yang saya puja adalah Quistis Trepe. Orang lain mungkin menyanjung Rinoa hingga ke ubun-ubun mereka, but for me, Quistis adalah cinta pertama saya. Seorang guru seksi, berkacamata, menggunakan cambuk, berbadan proporsional, cantik, kuat dalam bertarung, dan cerdas benar-benar seorang gadis yang sempurna. Can you ask for more?