TSM: Mengubah Tikus Menjadi Lebih Pintar

Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) adalah sebuah teknologi yang dapat mengaktifkan dan menonaktifkan bagian-bagian tertentu dalam otak dengan menggunakan stimulasi magnetis. Teknologi ini telah digunakan sebagai alat diagnosa sejak pertengahan tahun 1990-an, tetapi pengaruhnya terhadap aktivitas syaraf otak belum diketahui.
Para peneliti di Ruhr University Bochum, Jerman, menemukan bahwa beberapa pola stimulus yang dihasilkan oleh TMS dapat mengubah aktivitas sel-sel syaraf tertentu pada tikus yang mengakibatkan tikus tersebut dapat belajar dengan lebih cepat. Prof. Funke mengatakan bahwa pada awalnya TMS akan mengurangi aktivitas sel inhibitory dalam otak, sehingga setiap materi yang dipelajari dengan lebih mudah tersimpan dalam otak.

Melihat hasil penelitian ini, mungkin beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak kita adalah “Apa untungnya memiliki tikus yang lebih pintar?” dan “Apa kegunaan dari TMS sendiri bagi kemampuan belajar manusia?”. Sayangnya, kedua pertanyaan tersebut belum bisa dijawab. Namun, masih ada berita baik dari penelitian ini. TMS menunjukkan potensi penggunaannya bagi pengobatan beberapa penyakit dan kelainan fungsi otak manusia, seperti depresi akut dan schizophrenia.
Beberapa percobaan klinis telah dilakukan dalam terapi kelainan fungsi otak manusia dengan tingkat kesuksesan yang terbatas, khususnya pada depresi akut. Namun, mengingat bahwa sel syaraf inhibitory, berperan besar dalam penyakit neuro-psikiatris, seperti schizophrenia, Prof. Funke berharap penemuan tim penelitinya mengenai pengaruh TMS terhadap sel syaraf tersebut dapat membantu mengembangkan cara pengobatan yang lebih efektif.













