Adiksi dan Dampak Negatif Pornografi di Amerika
“Mana yang akan Anda pilih: Seks atau Makanan?” Bagi saya, ini adalah salah satu pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab karena keduanya adalah kebutuhan biologis setiap manusia. Kenyataan ini juga menjadi alasan di balik kesuksesan bisnis makanan (dari restoran hingga acara televisi) dan pornografi. Namun sama halnya dengan makanan, terlalu banyaknya konten pornografi juga memiliki pengaruh yang negatif.

Sebuah penelitian di Amerika menunjukkan data statistik yang cukup mencengangkan mengenai bisnis pornografi, jumlah penontonnya, serta akibat dari adiksi seks. Pornografi adalah bisnis yang besar dan bernilai sekitar US$13 milyar. Nilai ini ternyata melebihi pendapatan perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi, seperti Microsoft, Google, Amazon, Yahoo, dan Apple. Bagaimana tidak? Setiap 30 menit ada satu film porno yang diproduksi dan setiap detiknya mereka menarik perhatian 30 ribu penonton. Kehadiran internet memegang peranan penting dalam distribusi film porno di Amerika, apalagi 89% situs porno yang ada dibuat oleh negara tersebut.
Seks adalah topik yang paling populer dicari di internet. 25% dari seluruh pencarian di internet (atau sekitar 68 juta pencarian per hari) berhubungan dengan topik seks. 42,7% dari keseluruhan pengguna internet pun membuka situs-situs yang menawarkan konten pornografi. Para penonton tidak hanya mencari di internet tetapi juga saling berbagi konten pornografi melalui email. 2,5 milyar email atau sekitar 8% dari keseluruhan email yang dikirim per hari memiliki konten pornografi di dalamnya. Konten pornografi yang beredar ternyata tidak hanya dinikmati oleh kaum Adam. Berdasarkan data pada penelitian ini, 72% penikmat konten pornografi adalah pria dan 28% lainnya wanita.

Sudah jelas ada dampak negatif dari terlalu banyak menonton film porno. Di Amerika ada sekitar 200 ribu orang yang kecanduan pornografi dan seks. Penghitungan ini didasarkan pada jumlah waktu yang diluangkan masing-masing orang untuk menikmati konten pornografi, yaitu melebihi 11 jam dalam satu minggu. Salah satu aspek yang terpengaruh dampak negatif dari adiksi ini adalah keinginan berhubungan seks dengan pasangan. Tercatat lebih dari 50% penikmat konten pornografi telah kehilangan keinginan berhubungan seks dan sepertiga dari pasangannya juga merasakan hal yang serupa. Dengan hilangnya minat untuk berhubungan seks, hubungan pernikahan pun ikut terancam. Penggunaan pornografi meningkatkan kemungkinan terjadinya perselingkuhan hingga tiga kali lipat dan didapatkan 40% pecandu seks akhirnya bercerai. Dari semua kasus perceraian di Amerika, tercatat 56% di antaranya diakibatkan oleh obsesi salah satu dari pasangan terhadap situs porno.
Walaupun penelitian ini dilakukan di Amerika, bukan berarti dampak negatif dari konten pornografi dan adiksi seks tidak akan terjadi di negara lain. Kita perlu mengevaluasi ulang penggunaan internet dan konten pornografi yang dinikmati. Para orangtua juga harus dapat secara terbuka mengontrol (bukan menghentikan) penggunaan internet oleh anaknya. Dengan begitu, kemungkinan kita terhindar dari fenomena adiksi seks dan dampak negatifnya dapat menurun.
Source: Various