Hari 3: Java Jazz Festival Mempersembahkan Remarkable Indonesia
Hari ketiga, pergelaran musik jazz terbesar di Indonesia, Java Jazz Festival, tetap dipadati penonton. Hari itu, acara dimulai lebih awal dan dibuka dengan penampilan Kirk Whalum yang membawakan lagu-lagunya yang berasal dari album Gospel According to Jazz (1998, 2002). Selain unjuk kebolehan bermain saksofon, Kirk Whalum juga memberikan pelatihan singkat untuk menjadi pemain saksofon yang andal seperti dirinya. Kesempatan emas yang tidak datang dua kali dalam seumur hidup ini dimanfaatkan para pengunjung. Well, di luar urusan punya saksofon atau tidak, yang penting mereka mendapatkan ilmunya terlebih dahulu (di samping bisa berada berdekatan dengan musisi idola dan dapat bertukar informasi dengannya)…
Untuk penghantar menuju sore yang pastinya semakin banyak musisi yang tampil, George Duke Electric, Los Amigos, Donny Suhendra, The Professor, dan lainnya tampil di venue yang berbeda. Kahitna dan Kilimanjaro memberikan penampilan spesial mereka yang berhasil membuat penonton segan beranjak dari tempat. Penampilan ketiga band muda, Drew, cukup memuaskan dengan menghadirkan bintang tamu Bayu Risa dan Kaka Slank. Di saat yang bersamaan, Buby Chen, salah satu maestro jazz Indonesia, tampil dengan sangat bersahaja membawakan lagu-lagu pop yang diberi sentuhan smooth jazz.



Menjelang malam, penonton disuguhi penampilan Fariz RM yang sudah lama tidak tampil di hadapan khalayak ramai membawakan lagu-lagunya yang sempat hits di akhir 80-an. Berbalut kemeja merah, Fariz tampil prima dan sumringah membawakan lagu-lagu lawasnya, seperti Nada KAasih, Sungguh, Sakura, Barcelona, Susi Belel, Penari, dan masih banyak lagi. Penampilan Fariz RM malam itu semakin “panas” karena dampingan Barry Likumahuwa dan Erwin Gutawa BigBand. Dalam konser mininya tersebut, Fariz RM pun mengutarakan rencananya untuk kembali ke dunia musik Indonesia dan akan segera meluncurkan single terbarunya.


Di venu lainnya yang lebih kecil, seorang penyanyi berdarah Maluku berkebangsaan Belanda menyedot perhatian penonton. Danjil adalah seorang musisi muda yang membawakan lagu-lagu beraliran jazz-rock, RnB, dan Soul. Penampilannya kali ini merupakan yang ke-4 kalinya di Java Jazz Festival dan tampaknya sudah banyak orang yang mengenalnya dan menyukai lagu-lagunya. Seluruh penonton memberikan tepuk tangan riuh saat Danjil membawakan lagu Rame-Rame dan sebuah lagu berjudul Sio Nona yang merupakan ciptaannya sendiri.

Menjelang pukul delapan malam, antrian di depan Axis Hall sudah mengular. Yap, mereka menanti penampilan kedua George Benson! Jika hari sebelumnya George Benson membawakan lagu-lagu Nat King Cole, kali ini ia khusus memberikan penampilan terbaiknya membawakan lagu-lagu terbaiknya: The Greatest Hits of George Benson.

Sekitar satu jam kemudian, George pun muncul dan membuka konsernya malam itu dengan lagu In Your Eyes. Ia pun menyambungnya dengan lagu-lagu hits lainnya, seperti Love x Love, Greatest Love of All, Rock Ballad, Nothing’s Gonna Change My Love for You, dan masing banyak lagi. Penampilan musisi legendaris tersebut tetap memukau. Permainan gitarnya yang luar biasa mampu menyihir semua penonton yang berada di hall tersebut. George pun menyampaikan rasa terima kasihnya atas sambutan yang begitu luar biasa dan juga atas apresiasi terhadap lagu-lagunya. Malam itu, semua orang begitu menikmati penampilan prima nan romantis ala George Benson!

Di hari terakhir ini, Peter Goenta, selaku founder Java Jazz Festival dan Kementerian Pariwisata juga resmi meluncurkan logo baru Pariwisata Indonesia yang bertajuk “Remarkable Indonesia”. Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Peter Goenta juga memberikan penghargaan khusus kepada Selandia Baru yang selalu memberikan dukungannya kepada pariwisata Indonesia.

Diharapkan, tahun ini akan semakin banyak turis asing yang datang ke Indonesia untuk menikmati keindahan alam dan budaya Indonesia. Tentunya, pergelaran Java Jazz Festival 2011 ini menjadi sebuah permulaan yang sangat baik. Buktinya, ratusan warga asing terlihat wara-wiri di arena JIExpo, membaur bersama penonton lainnya untuk menyaksikan sebuah pertunjukan musik. Well, setidaknya ada satu hal yang bisa dijadikan renungan bersama: Musik selalu dapat menjadi sebuah “payung besar” yang menyatukan seluruh bangsa di dunia.
See you at Java Jazz Festival 2012!