BSA: Kesadaran Masyarakat Memengaruhi Peningkatan Software Bajakan
Pada hari Kamis, 12 Mei 2011, Business Software Alliance (BSA) mengumumkan hasil studi pembajakan untuk periode 2010 yang menunjukkan persentase penggunaan software bajakan di Indonesia yang mencapai 87%. Dengan persentase yang menjulang tinggi tersebut, kerugian yang dialami terhitung sebanyak US$1,32 miliar. Jumlah kerugian ini tidak hanya dialami oleh para pengembang software, tetapi pengaruhnya juga terasa pada pendapatan negara.
Donny Sheyoputra, Kepala Perwakilan dan Juru Bicara BSA Indonesia, mengemukakan bahwa penurunan tingkat software bajakan dapat menguntungkan negara melalui peningkatan aktivitas ekonomi, lapangan kerja, dan penerimaan pajak bagi pemerintah. Oleh karena itu, pihak pemerintah bekerjasama dengan BSA untuk melakukan pembasmian software bajakan, berawal dari berbagai inspeksi dadakan di berbagai perusahaan. Hingga saat ini, ada sekitar 150 PPNS yang bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk melakukan inspeksi lisensi software di 33 propinsi. Sayangnya, BSA sendiri tidak menyediakan data spesifik mengenai hasil inspeksi serta jumlah perusahaan yang terjerat hukum akibat penggunaan software bajakan
Donny Sheyoputra juga mengatakan bahwa tingkat ekonomi masyarakat Indonesia tidak memengaruhi peningkatan software bajakan. Namun, yang lebih memengaruhi adalah kesadaran individu dan perusahaan dalam menggunakan software berlisensi. Maka dari itu, selain melakukan inspeksi, pihak pemerintah dan BSA bekerjasama dalam menyelenggarakan berbagai seminar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai software berlisensi. Dari jenis, cara penggunaan, peraturan yang berlaku, hingga dimana software tersebut dapat diperoleh secara legal.