China Semakin Memperketat Sensor Internet
China memang berkembang menjadi negara superpower dengan kekuatan ekonomi yang luar biasa. Dengan wilayah yang sangat luas dan jumlah penduduk terbesar di dunia, stabilitas menjadi kunci utama untuk mencapai kemajuan yang selama ini ingin dicapai. Tidak mengherankan jika China memilih untuk menggunakan semua upaya yang bersifat represif untuk mematikan bibit-bibit perpecahan dan pergolakan yang mungkin timbul. Salah satunya adalah internet.
Bukan rahasia lagi jika China mungkin satu-satunya negara di dunia yang mampu melakukan sensor terhadap internet secara masif dan terorganisir. Semua hal yang bertentangan dengan visi dan misi China sebagai sebuah negara akan langsung dihapuskan pengaruhnya, termasuk situs besar sekalipun. Tidak mengherankan jika situs favorit kita seperti Google dan Facebook sekalipun tunduk di hadapan negara panda ini. Hadirnya berbagai gerakan massa di seluruh dunia yang lahir dari situs jejaring sosial semakin membuktikan kekhawatiran China.
Jika selama ini masalah sensor internet di China ditangani oleh beberapa badan pemerintahan terkait yang berwenang, dalam waktu dekat ini semua struktur tersebut akan disederhanakan. Urusan yang berkaitan dengan masalah sensor konten, penggunaan teknologi, area telekomunikasi, dan penerapan hukuman akan dijalankan oleh satu badan baru. China membentuk State Internet Information Office, yang dikepalai oleh Wang Chen – Menteri Informasi China sendiri untuk menjamin efisiensi pengawasan. Bahkan, badan ini memiliki kewenangan untuk mencari dan menindak situs-situs yang “dianggap” bermasalah.
Terlepas dari kontroversi tindakan China yang dipandang sebagai antidemokrasi dan tidak menghormati hak warga negaranya, keberanian negara besar ini untuk melakukan apa pun untuk kepentingan bangsanya patut diacungi jempol. Mungkin Indonesia perlu belajar banyak dari China, dari cara membangun ekonomi yang tepat hingga penggunaan teknologi yang mendukung pembangunan negara. Setidaknya, anggota parlemen di China tidak pernah salah menyebutkan alamat email dengan domain yang “ngasal”.