Astrindo Starvision Paparkan Data Evolusi Ancaman TI dari Kaspersky Lab
Selasa (21/6), Astrido Starvision selaku distributor produk Kaspersky Lab berbagi informasi kepada media mengenai evolusi ancaman di dunia TI. Erwin Yovitanto, Business Manager Astrido Starvision, memaparkan beberapa jenis malware dan ancaman TI lain yang marak beredar di tahun 2011. Salah satunya adalah stuxnet yang dikabarkan telah digunakan pasukan Israel untuk mengontrol program nuklir Iran. Stuxnet ini digunakan untuk menyerang sistem SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) yang dasarnya mengendalikan pergerakan mesin industrial.
Metode penyerangan lain yang digunakan adalah melalui spam dan salah satu spammer terbesar di dunia adalah Rustock botnet. Botnet yang mulai beroperasi tahun 2006 ini dapat mengirimkan hingga 25 ribu spam per jam dengan file malware tertanam di dalamnya. Setiap komputer yang berhasil terinfeksi dengan malware ini akan dapat dikontrol secara remote oleh para hacker. Pada Maret 2011, Rustock botnet berhasil dihentikan oleh pihak Microsoft. Sejak saat itu, jumlah spam yang beredar di dunia maya berkurang hingga 15%.
Pemalsuan sertifikat situs juga merupakan salah satu usaha yang dilancarkan para pelaku kriminal di dunia maya untuk menjebak korbannya. Dengan memberikan tampilan halaman serta alamat URL yang serupa dengan sebuah situs terpercaya, para pengunjung situs tersebut pun tanpa segan-segan akan memberikan informasi pribadi atau bahkan melakukan transaksi keuangan. Biasanya penggunaan metode ini dilatarbelakangi tujuan finansial, yaitu mencuri uang pengunjung.
Satu lagi ancaman di dunia TI yang sedang tren adalah serangan situs-situs perusahaan besar dan pemerintah oleh kelompok hacker, seperti Anonymous dan LulzSec. Serangan-serangan yang mereka lancarkan terkadang memiliki maksud dan tujuan yang kontradiktif. Server beberapa perusahaan diserang sebagai bentuk protes para hacker terhadap keputusan yang diambil oleh perusahaan tersebut. Sedangkan serangan lainnya dilakukan untuk mencuri data-data rahasia perusahaan dan memaparkannya kepada publik.
Berdasarkan data statistik Kaspersky Lab, negara penghasil malware terbesar di dunia adalah Amerika Serikat yang menyumbangkan 28,56% dari keseluruhan malware yang beredar, sedangkan Rusia menjadi negara dengan risiko terinfeksi malware melalui jaringan internet tertinggi di dunia. Bersama dengan Oman, Irak, Belarus, Armenia, Azerbaijan, dan Kazahkstan, Rusia termasuk negara yang berisiko tinggi terkena serangan malware via web. Indonesia dan 86 negara lain termasuk kategori negara dengan tingkat risiko sedang. Jepang, Jerman, Serbia, Ceko, dan Luxembourg masuk dalam kategori negara teraman.
Erwin Yovitanto mengatakan bahwa tingkat risiko ancaman malware yang rendah di Jepang, Jerman, Serbia, Ceko, dan Luxembourg disebabkan kesadaran pengguna komputer di negara-negara tersebut terhadap pentingnya meng-update software. Baik meng-update sistem operasi, solusi keamanan, hingga penggunaan software berlisensi. Hal inilah yang perlu dicontoh oleh pengguna komputer di Tanah Air untuk mengurangi risiko terserang malware.