Hal Baru Apa yang Ditawarkan Nintendo di E3 2011?

Menyaksikan secara langsung konferensi pers yang digelar Nintendo di ajang E3 2011 melalui fasilitas streaming seperti sedang menonton sebuah acara misteri yang tidak jelas plot, setting, bahkan sampai pemeran utamanya. Nintendo sebagai sebuah perusahaan tertua yang bergerak di industri game justru memperlihatkan alur pengenalan produk yang terkesan kacau dan membingungkan. Membuat apa yang seharusnya menjadi sang senjata utama untuk menarik pasar yang lebih besar hilang tenggelam dalam hiruk-pikuk pertanyaan.

Konferensi pers ini dimulai dengan perayaan ulang tahun Zelda yang kini memasuki usianya yang ke-25 tahun. Dengan bermodalkan sebuah orkestra kecil, Nintendo berusaha mengajak para penggemar seri ini untuk sedikit bernostalgia. Nintendo akhirnya mengumumkan akan ada seri Zelda terbaru di akhir tahun untuk Nintendo 3DS. Para gamer akan mengalami petualangan baru Link di Link’s Awakening dan The Four Swords yang rencananya akan dirilis akhir tahun nanti.

Event ini memang menjadi ajang yang paling mumpuni bagi Nintendo untuk memperkenalkan beberapa judul game baru yang akan hadir di Nintendo 3DS, baik untuk tahun ini maupun tahun yang akan datang. Sebut saja All-New Super Mario 3DS, Star Fox 3D, Pokemon, Metal Gear Solid 3DS, dan Luigi’s Mansion 2. Nintendo tentu saja berharap agar franchise besar ini mampu menghasilkan tingkat penjualan yang jauh lebih baik. Nintendo 3DS juga kini akan mendukung virtual console untuk memainkan game-game lama dari perangkat “kuno” Nintendo.

Apakah Anda masih ingat dengan “Project Cafe” yang disebut-sebut akan menjadi konsol generasi selanjutnya dari Nintendo? Di kesempatan kali ini, Nintendo memperkenalkannya sebagai Wii U. Dari sinilah kebingungan mulai berawal. Nintendo terus memperkenalkan Wii U sebagai sebuah kontroler baru yang mampu memberikan kemampuan integrasi yang lebih maksimal dan perangkat bermain yang jauh lebih menyenangkan bagi para gamer. Dengan ukuran yang cukup besar, Wii U memiliki layar LCD berukuran 6 inch di tengah. Gamer akan dapat memindahkan layar game di televisi mereka langsung ke kontroler Wii U dan memainkannya langsung dari kontroler. Kontroler Wii U sendiri dapat dijadikan peripheral yang menghadirkan pengalaman bermain lebih interaktif. Jadi, apakah Wii U ini adalah perangkat “project cafe” yang selama ini digembar-gemborkan?

Kesan pertama yang didapatkan dari konferensi pers ini memang memperlihatkan seolah kontroler Wii U inilah konsol game generasi selanjutnya dari Nintendo. Namun, sebenarnya bukan. Kontroler Wii U hanyalah sebuah kontroler untuk konsol terbaru Nintendo yang (sayangnya) tidak diperkenalkan bahkan ditunjukkan sama sekali di event kali ini. Nintendo berjanji akan memberikan informasi lebih lanjut tentang wujud dan spesifikasi Wii U dalam waktu dekat. Namun, potensi yang dihadirkannya memang tidak boleh diragukan. Jajaran game dengan visualisasi grafis memukau ala Playstation 3 dan XBOX 360 mulai berbaris untuk menjajal kemampuan konsol terbaru ini. Hadir dalam kualitas high-definition dan “jeroan” yang jauh lebih bertenaga, ditambah kontroler yang “unik”. Wii U diyakini Nintendo akan menghadirkan pengalaman bermain yang berbeda.

Banyak developer yang memberikan testimoni tentang kekuatan konsol baru Nintendo ini dan beberapa di antaranya bahkan sudah menetapkan beberapa judul gamenya untuk Wii U. Sebut saja Batman: Arkham City, Ghost Recon Online, Darksiders II, Tekken, Assassin’s Creed, hingga Ninja Gaiden 3. Perusahaan sebesar EA bahkan menyatakan bahwa Wii U memiliki potensi yang besar sebagai sebuah konsol gaming masa depan, bahkan untuk game sekelas Battlefield 3 sekali pun.

Jika saya boleh berpendapat, arah tujuan Nintendo dengan konsol barunya ini, Wii U, cukup membingungkan. Di masa lalu ketika banyak game yang berlomba-lomba menawarkan kualitas grafis, Nintendo hadir sebagai pemenang karena konsep kontroler dan sistem permainan yang lebih unik dan family-oriented. Ketika Playstation 3 dan XBOX 360 masih menggunakan kontroler konvensional, Wii hadir dengan sensor gerak. Namun, yang terjadi saat ini justru terbalik. Ketika kompetitornya berusaha membangun masa depan gaming dengan sensor gerak yang lebih mumpuni, Nintendo justru kembali lagi ke arah permainan yang lebih konvensional. Apakah ini sebuah strategi bisnis yang cemerlang? Ataukah blunder yang berbahaya?