Review L.A.Noire: Mahakarya Rockstar yang Mengagumkan
Hadirkan Suasana Klasik yang Kental

L.A. Noire sendiri memang mengambil latar tahun 1947 yang penuh dengan nuansa klasik. Hebatnya lagi, Rockstar mampu meramunya cukup sempurna. Kita tidak hanya membicarakan koleksi mobil klasik yang bisa Anda kendarai menyusuri kota, namun juga berbagai elemen lain pendukung permainan yang lain. Alunan lagu-lagu lawas yang mungkin sebagian besar tidak kita kenali menjadi salah satu bukti yang paling nyata.

Ketika Anda pertama kali memainkan game ini, Anda mungkin terkejut dan bingung melihat bagaimana Phelps bisa dengan seenak jidat menyentuh setiap barang bukti yang ada di TKP. Apakah itu tidak menghilangkan sidik jari? Lantas Anda akan terdiam dan berpikir ulang: apakah di tahun 1947 teknologi pengenal sidik jari sudah ditemukan? Aha! Itulah jawabannya. Seperti inilah L.A. Noire menghadirkan suasana tahun 1947 dalam kondisi yang sesungguhnya. Tidak ada GPS, jalanan yang sempit, dan traffic yang membuat frustrasi.
Mengeksploitasi Darah, Kekejaman, dan Ketelanjangan

L.A. Noire bukanlah game yang pantas dimainkan oleh mereka yang belum cukup umur. Itu adalah sesuatu yang pasti. Walaupun kematian dan pembunuhan sering menjadi “konsumsi” melalui media massa di dunia nyata, bukan berarti itu menjadi dasar legalisasi bahwa anak di bawah umur dapat memainkan game ini. L.A. Noire menghadirkan semua elemen tersebut secara eksplisit. Anda akan melihat banyak darah, daging yang tersayat, mayat, potongan tubuh, hingga ketelanjangan itu sendiri. Sebagian besar dari hal ini akan Anda temukan di mayat yang harus Anda selidiki.
Kesimpulan

Rockstar patut mendapatkan acungan jempol karena keberhasilannya melahirkan game dengan kualitas seperti L.A. Noire. Teknologi face capture yang selama ini mereka gembar-gemborkan memang memberikan bukti nyata. Setiap karakter yang dihadirkan mampu menampilkan reaksi yang begitu nyata sehingga menghasilkan sensasi tak ubahnya sedang menonton sebuah film interaktif saja. Apalagi, dukungan voice acting yang membuat permainan ini tampil begitu epik. Memang akan ada sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri dan memberikan respon yang tepat di awal-awal permainan, namun seiring dengan permainan Anda akan belajar “membaca” kebohongan di wajah para saksi.
L.A. Noire bukanlah sebuah game open-world karena dasarnya Anda tidak dapat melakukan banyak hal dengan kebebasan yang ditawarkan untuk mengelilingi kota ini kecuali berbagai sub-quest yang mudah. Fokus utama game ini ada di jalur investigasi Anda pada pembunuhan yang terjadi dan menemukan pelakunya.
Sebagai sebuah game yang mementingkan kalimat dan clue yang ada, bahasa Inggris akan menjadi penyelamat utama Anda. Jangan pernah mencoba memainkan game ini jika bahasa Inggris Anda hanya terbatas pada “Yes” dan “No” saja karena Anda tidak akan menemukan esensi kasus yang ada dan apa saja yang perlu ditanyakan. Ya, kecuali Anda menggantungkan permainan seru ini di walkthrough.
Rockstar memang sudah menekankan di awal bahwa L.A. Noire akan berfokus di wajah sebagai unsur utama yang akan dibangun. Hal ini cukup mengorbankan gerak tubuh para karakter di dalamnya, tidak terlihat sehalus pergerakan wajah mereka. Anda terkadang menemukan glitch di mana tubuh karakter dapat menembus bangunan tertentu dan bergerak monoton. Untungnya, hal ini tidak terlalu berpengaruh ke keasyikan bermain game ini.
Saya hanya bisa menyarankan agar Anda segera memainkan game ini. Terlepas dari Anda tertarik atau tidak, L.A. Noire akan menjadi standar baru di dalam dunia gaming khususnya yang berhubungan dengan face capture. Plot dan gameplay unik yang dihadirkan Rockstar di dalam game ini juga pantas menjadi fokus perhatian. L.A Noire is A MUST PLAY!
Kelebihan
- Reaksi wajah realistis.
- Plot yang ditawarkan.
- Suasana klasik yang kental.
- Gameplay unik.
- Cameo
- Kekejaman yang dihadirkan.
Kekurangan
- Gerak tubuh yang terlihat kaku.
- Beberapa glitch.
- Pertanyaan dan respon yang scripted.
Cocok untuk gamer:
- yang mengerti bahasa Inggris;
- menyukai drama pembunuhan;
- tidak takut darah;
- necrophilia.
Tidak cocok untuk gamer:
- yang hanya bisa berbahasa Swahili;
- senang menonton Dora the Explorer;
- necrophobic.