NostalGame: Army Men 3D
Apa yang Saya Benci dari Army Men 3D?
Warna Tentara Musuh
Keseragaman tentara musuh yang kesemuanya cokelat memang akan membantu Anda lebih mudah untuk membedakan mana yang musuh dan mana yang teman. Sayangnya, warna tentara cokelat ini justru lebih sering menghasilkan keuntungan bagi mereka, terutama untuk tujuan kamuflase. Di daerah sebagian besar terbentuk dari tanah atau batu, kehadiran mereka hampir tidak terlihat. Bentuk yang tipis dan warnanya yang mirip membuat tentara musuh ini seolah tersembunyi. Seringkali Anda terkejut karena serangan tiba-tiba yang entah datang dari arah mana.
Bidik, Tapi Tanpa Crosshair?
Bagaimana jika Anda menemukan sesosok musuh di kejauhan yang harus dikalahkan, namun sulit untuk menembaknya dengan hanya berdasar perasaan saja? Pilihan terbaik, tentu saja dengan membidik. Namun, apa gunanya membidik jika Anda tidak punya crosshair untuk memaksimalkan tembakan? Bidik hanya berfungsi tak ubahnya mode Zoom karena pada akhirnya Anda tetap harus menembak secara random dan berharap tembakan tersebut mengenai sang target.
Heatlh yang Jarang
Tingkat kesulitan normal saja sudah cukup membuat Anda kelabakan menyelesaikan game ini. Musuh yang cukup cerdas, tembakan yang akurat, warna yang terasa kamuflase semakin memperbesar kemungkinan Anda untuk menerima tembakan dan tewas seketika. Sayangnya, 3D0 tampaknya menjadikan game ini sebagai salah satu tantangan dan penyiksaan yang harus Anda coba lalui. Semua kesulitan ini harus diperparah dengan item health yang cukup jarang. Sarge semakin terdesak.
Sensasi Setelah Memainkannya Kembali
Memainkan Army Men 3D tentu saja membawa kembali memori yang sudah sempat tenggelam lama di dalam otak. Sayangnya, single player yang ditawarkan tidak begitu memorable dan benar-benar menghadirkan tantangan yang cukup sulit. Entah karena terlalu lama tidak bermain atau karena saya yang sudah tidak terbiasa dengan sistem gameplay aksi yang klasik. Saya bahkan seringtew as karena tidak bisa menemukan musuh mana yang sedang menembaki. Berusaha membidik mereka pun tidak menjamin aksi tembak akan berhasil. Melelahkan.
Untungnya, versi multiplayernya cukup membuat saya teringat akan salah satu teman baik yang selalu jadi partner bermain game ini. Elemen strategi yang dihadirkan juga sebenarnya tidak signifikan karena pada akhirnya lebih kepada elemen third person shooter yang ditonjolkan. Sound effect yang dihasilkan setiap tembakan masih patut mendapatkan acungan jempol, bahkan hingga saat ini.
Army Men 3D memang tidak lagi muncul di konsol masa kini dan saya cukup menyayangkannya. Jika saja mereka mampu menghidupkannya kembali dalam visualisasi ala konsol masa kini, diperkuat dengan gameplay ala Gears of Wars, Army Men pasti akan lahir kembali dengan keren. Jika Anda termasuk yang pernah memainkannya, tidak ada salahnya untuk mejajal kembali game ini untuk sekedar menggugah memori menyenangkan kembali.