Review Fist of North Star – Ken’s Rage: Brutalitas yang Menyenangkan!
Pernahkah Anda mendengar nama Tinju Bintang Utara sebelumnya? Bagi mereka yang menyukai seri anime dan manga Jepang pasti pernah mendengar nama yang satu ini. Dikenal sebagai salah satu ikon brutalitas yang melegenda, Tinju Bintang Utara atau Fist of The North Star menghadirkan plot dan visualisasi yang cukup kejam untuk kelas manga dan anime di kala itu. Lupakan tentang tubuh yang sekadar termutilasi, Tinju ini akan membuat karakter yang dituju sama encernya dengan semangkok bubur.
Konsep pertarungan yang dihadirkan Fist of North Star memang menjadi bahan yang cukup potensial untuk menghasilkan sebuah game action yang berkualitas. Brutal dengan jurus-jurus epik, sebuah formula yang tepat untuk membentuk game hack and slash yang memacu adrenalin. Tidak mengherankan jika komik ini sudah diadaptasikan menjadi video game sejak masa kejayaan Sega Mega Drive dan Super Famicom di masa lampau, hingga saat ini. Salah satu yang cukup memorable adalah seri berjudul: Hokuto no Ken: Seikimatsu Kyūseishu Densetsu yang cukup sukses di masa kejayaan Playstation dulu. Kini, mengusung konsep yang sama namun dengan visualisasi yang lebih mumpuni, Fist of the North Star: Ken’s Rage hadir untuk Playstation 3 dan XBOX 360.
Bagi Anda yang mengikuti perkembangan game konsol tentu akan merasa bingung tentang pilihan review game kali ini. Fist of the North Star: Ken’s Rage sendiri memang sudah dirlis untuk Playstation 3 dan XBOX 360 akhir tahun lalu. Namun untuk gamer Indonesia yang sebagian besar “hidup” dari bajakan, khususnya pemilik XBOX 360, game ini masih terhitung “baru”. Sistem region-lock yang diterapkan oleh konsol Microsoft ini memang seringkali membuat dilema. Sebagian besar pemilik XBOX 360 di Indonesia memiliki mesin region ASIA, yang berarti hanya bisa memainkan Ken’s Rage dalam bahasa Jepang saja. Apakah Anda akan menikmati permainan tanpa memahami teks di dalam sebuah game sama sekali? Sebagian dari Anda tentu mengatakan tidak. Kini kesempatan untuk bermain secara maksimal hadir karena Tinju Bintang Utara kini dirlis dalam bahasa Inggris untuk region Asia. That’s why it is worth to notice!
Bagi Anda yang sudah menyimak preview kami sebelumnya tentu sudah mendapatkan sedikit gambaran tentang apa yang ditawarkan oleh sang developer, Koei, di dalam game ini. Lewat sebuah permainan hack and slash masif yang tak jauh berbeda dengan sistem Musou khas Koei, tinju Kenshiro kembali diuji. Apakah Fist of North Star: Ken’s Rage mampu menghadirkan sebuah kualitas yang memenuhi ekspektasi gamer? Ataukah ia hadir sebagai sebuah game setahun lalu yang pantas dilupakan begitu saja? Simak review ini.
Plot
Jika Anda selama ini optimis akan masa depan dunia yang lebih baik, Fist of the North Star menghadirkan sebuah alternatif dunia yang lebih mengenaskan. Perang Nuklir antar negara superpower telah membuat bumi berubah menjadi tidak lebih dari sebuah bola dunia penuh dengan rongsokan. Manusia yang berhasil selamat dari tragedi ini kemudian berusaha bertahan hidup dengan memperebutkan sumber daya yang semakin terbatas. Maka kembali seperti di masa prasejarah, insting hewani manusia untuk bertahan hidup membuat kekuatan fisik menjadi faktor penentu hidup yang paling mumpuni. Negara yang kuat menguasai yang lemah.
Walaupun game ini menghadirkan cukup banyak alternatif cerita, namun fokus cerita tetap berada pada pundak seorang Kenshiro, seorang master dari jurus tinju paling mematikan di dunia, Hokuto Shinken. Kenshiro yang mengembara mengelilingi daratan gersang ini bertindak sebagai pahlawan kebenaran yang melawan semua ketidakadilan. Ia selalu bertindak sebagai penyelamat ketika konsep “Yang Kuat menguasai yang Lemah” mulai menunjukkan perilaku yang semena-mena dan brutal. Perjuangan yang membuatnya dihadapkan pada kenyataan yang lebih menyakitkan.
Untuk mencapai kedamaian yang lebih absolut, Kenshiro harus menghancurkan beberapa organisasi/geng yang menguasai sebuah daerah tertentu. Jumlah pasukan yang masif ini ternyata dibentuk oleh beberapa orang “terdekat” dalam hidup Kenshiro. Ada Shin yang mengukir lambang tujuh bintang di dada Kenshiro dan yang bertanggung jawab atas kematian Yuria, sang kekasih yang sudah begitu lama dicari olehnya. Kenyataan bahwa tiga saudara seperguruannya: Jagi, Toki, dan Raoh juga menempuh jalan hidup yang tak jauh berbeda membawa Kenshiro menjalani takdir Hokuto Shinken-nya. Mengalahkan saudara-saudaranya dan mengembalikan sedikit kedamaian di dunia yang kacau balau ini. Petualangan pun dimulai.