Indonesia Dijuluki Sebagai “Negeri Blackberry”

RIM harus diakui memang sedang berada di ujung tanduk saat ini. Walaupun mereka terus merilis variasi terbaru dari handset Blackberry mereka, animo pasar global tampaknya mulai menurun. Blackberry memang tampil semakin bertenaga, namun dukungan aplikasi dan fitur yang tak jauh berbeda membuatnya kurang dinikmati. Apalagi RIM kini juga sedang menghadapi tuntutan hukum atas kegagalannya mempertahankan kualitas jaringan yang sempat mati di Eropa. Lantas bagaimana RIM berjuang untuk mempertahankan eksistensinya? Percaya atau tidak, jawabannya adalah Indonesia.
Indonesia kini menjadi basis RIM untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari setiap handset Blackberry yang ada. Fungsinya sebagai sebuah handset yang lebih banyak digunakan untuk bekerja bergeser di negara kita yang tercinta. Lebih banyak user yang menggunakannya sebagai smartphone untuk media sosial, dimana Blackberry Messenger menjadi fitur paling diminati. Oleh karena itu, Blackberry menyentuh semua lapisan masyarakat di sini, tidak hanya golongan para pekerja, namun juga remaja hingga anak sekolah dasar. Percaya atau tidak.
Walaupun terhitung sebagai perangkat yang mahal, RIM berhasil melakukan penetrasi pasar dengan efektif melalui mekanisme kredit yang lumrah di Indonesia. Dukungan operator yang menyediakan layanan BIS yang cukup murah juga dianggap sebagai dasar mengapa Blackberry begitu populer di sini. Dengan pertumbuhan yang signifikan, Indonesia menjadi penyumbang terbesar pendapatan RIM secara global, bersama dengan Afrika Selatan dan negara Amerika Latin. Tidak berlebihan jika julukan “Negara Blackberry” mulai disematkan pada negara kita, sebagai satu kelompok konsumen yang masif.
Namun “prestasi” ini akhirnya harus berakhir pada satu hal yang cukup ironis. Walaupun Indonesia menjadi kontributor pendapatan yang signifikan untuk RIM, timbal balik yang kita rasakan cenderung tidak terasa sama besar. Tidak ada layanan service center yang tersebar untuk mengakomodir kebutuhan layanan purna jual semua pemilik Blackberry di Indonesia. Hal lain yang cukup membuat kecewa? Keputusan RIM untuk membangun pabrik di negara tetangga dan meninggalkan Indonesia sebagai “hanya” negara konsumen saja. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemerintah kita mulai sering berteriak dan menuntut RIM untuk melakukan banyak hal. Karena pada akhirnya, kita memang berhak.
Source: Crackberry.com