ON|OFF 2011: Breakout Session dari Indonesia Mengajar
Perhelatan pesta para blogger tahun ini, selain dihadiri oleh para blogger se-Indonesia, juga dihadiri oleh perwakilan masing-masing blogger se-Asean. Selain acara utama dalam rangka mempertemukan para blogger Indonesia dengan para perwakilan blogger se-Asean, terdapat beragam sesi acara yang telah diadakan oleh Maverick, selaku panitia penyelenggara dengan beragam pembahasan yang diadakan. Kami tertarik untuk meliput salah satu “Breakout Sessions” yang diadakan oleh salah satu peserta pesta blogger, Yayasan Indonesia Mengajar.

Yayasan Indonesia Mengajar merupakan yayasan yang ide awalnya diciptakan oleh Anies Baswedan. Yayasan ini mempersiapkan guru-guru yang akan dikirim ke daerah pelosok seluruh Indonesia untuk mengajar di sekolah dasar. Pada acara kali ini, yayasan Indonesia Mengajar menghadirkan beberapa guru sebagai pembicara di antaranya, Yunita dan Hendra.
Tantangan terbesar untuk Yunita dan Hendra pada saat pertama mengajar di daerahnya masing-masing cukup beragam, mulai dari budaya keseharian yang sangat berbeda di pulau Jawa, lingkungan, dan juga bahasa.
Kedua guru tersebut menceritakan beragam pengalaman menarik pada saat mengajar di luar daerah untuk pertama kalinya. Seperti Yunita misalnya. Guru yang disapa akrab dengan nama Yuyun, menceritakan pada saat pertama kalinya dikirim untuk mengajar di sekolah dasar daerah Paser, Kalimantan Timur. Beragam keluh kesah yang dirasakan untuk pertama kali sampai di sana adalah segala infrastruktur yang kurang lengkap, pasokan listrik yang belum merata, makanan, dan sanitasi yang belum layak. Selain itu, Yuyun menyatakan bahwa kendala yang cukup serius pada anak-anak didiknya adalah tidak memiliki motivasi atau suatu hal yang dapat menginspirasi anak-anak didiknya untuk berpikir maju dalam hal pendidikan untuk menggapai cita-citanya. Namun, Yuyun tidak patah arang dan siap untuk menginspirasi mereka untuk tetap maju.
Lain halnya dengan Hendra. Pria keturunan China, yang biasa disapa A Heng, menceritakan saat ia pertama kali menginjakkan kakinya di daerah pedesaan Maluku Utara, ternyata warga di sana belum pernah sama sekali melihat atau bertemu langsung dengan orang keturunan. Disamping itu, A Heng memiliki pandangan cukup unik terhadap anak-anak didiknya di daerah Maluku Utara yang memiliki pola pikir cukup cerdas. Pada satu hari, A Heng hendak memberikan sebuah instruksi ke anak-anak didiknya untuk membuat sebuah mainan dalam bentuk apapun yang bahan dasarnya dari sampah. Ia pun cukup terkejut dengan apa yang dibuat oleh anak-anak didiknya dan sangat kreatif. Bahkan salah satu anak didiknya ada yang memiliki cita-cita untuk belajar di pulau Jawa, menimba ilmu lalu kembali ke kampung halaman untuk mengabdi mengajar para generasi yang akan datang.
Apa yang telah dilakukan oleh kedua guru dari Yayasan Indonesia Mengajar tersebut, merupakan sebuah wujud nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap warga negara Indonesia yang berhak menerima pendidikan yang layak. Besar harapan dari kedua guru tersebut adalah semoga mereka dapat menjadi inspirasi terhadap anak-anak didiknya dikemudian hari untuk maju dan menggapai cita-citanya.














