Drone Pengantar Kargo Diujicoba oleh Tentara Amerika Serikat
Drone yang berfungsi untuk mengawasi wilayah konflik sudah sering digunakan Amerika di beberapa negara, seperti Afganistan, Irak, dan negara-negara lain di Timur Tengah. Namun, drone versi helikopter untuk menjalankan misi mengantar kargo adalah untuk yang pertama kalinya.
Dua model helikopter tak berawak Kaman K-MAX, sebuah tim yang terdiri dari 16 teknisi dari berbagai perusahaan, dan delapan mariner melakukan program evaluasi terhadap helikopter tersebut. Helikopter tersebut telah berhasil menjalankan 20 misi pengantaran sejak penerbangan pertamanya 17 Desember 2011 lalu. Hingga saat ini, mereka telah mengantarkan hampir 18 ton kargo yang kebanyakan berisi makanan siap saji dan onderdil yang dibutuhkan di tempat yang ditargetkan.

Helikopter ini akan sangat berguna jika digunakan di medan seperti Afganistan yang merupakan negara kaya minyak dan kemungkinan adanya perangkat meledak yang tertanam di bawah tanah menjadi masalah dalam pengiriman kargo dalam bentuk konvoi. “Setiap kargo yang kami daratkan menggunakan sistem konvoi akan membahayakan nyawa marinis, tentara, dan pelaut kami. Dengan menggunakan helikopter tak berawak, kami dapat meminimalisasi kehilangan anggota kami,” ujar Mayor Kyle O’Connor.
Marinir dari Unmanned Aerial Vehicle Squadron One memimpin misi tersebut dan mengantarkan kargo ke zona yang dituju, sedangkan para kontraktor mengoperasikan helikopter-helikopter tesebut dari jauh. Helikopter ini memiliki komputer onboard yang terdapat rencana misi di dalamnya sehingga memungkinkannya untuk terbang dalam mode autopilot. Namun, akan seorang operator yang akan mengontrol pergerakan helikopter tersebut yang sewaktu-waktu dapat mengambil alih kendali untuk operasi manual jika muncul permasalahan.
Helikopter K-MAX merupakan seri terakhir dari helikopter rotor kembar tersinkronisasi Kaman yang telah muncul sejak tahun 1950. Versi tak berawak dari helikopter ini muncul pertama kali tahun 1990, sedangkan prototype versi tanpa pilot diluncurkan tahun 2008. Helikopter ini dapat membawa beban sebanyak 6.855 pon dan membutuhkan dana sekitar US$1.100 per jam untuk pengoperasiannya—beberapa kali lipat lebih rendah dari helikopter berawak yang pernah ada.
Setelah periode pengetesan selama enam bulan berakhir, militer Amerika akan memutuskan “penugasan” yang paling tepat untuk helikopter ini.