My Week with Marilyn: Secuil Kisah Tentang Sang Primadona

Marilyn Monroe adalah salah satu aktris fenomenal di era tahun 50—60an. Ia adalah aktris serbabisa yang penampilannya terkenal selalu seksi dan penuh gairah. Tak heran, dia menjadi simbol seks di masanya.
Kepopuleran Marilyn Monroe menjadi abadi karena kisah hidupnya yang kurang beruntung. Masa kecilnya yang membuatnya mengalami trauma psikologis dan ketergantungannya terhadap obat-obatan hingga akhir masa hidupnya membuat orang tidak pernah berhenti membicarakannya hingga saat ini. Marilyn masih kerap muncul di beberapa film yang diperankan oleh orang lain sebagai wujud penghargaan atas bakat dan kecantikannya.
My Week with Marilyn adalah salah satunya. Film ini bisa dikatakan sebagai film biografi walaupun tidak mengangkat penuh kisah hidup Marilyn Monroe. Film ini diangkat dari kisah nyata pengalaman Colin Clark, seorang kru perfilman yang menemani Monroe selama seminggu setelah ditinggal suaminya, Arthur Miller, saat proses pembuatan film Inggris, The Prince and the Snowgirl, pada tahun 1957. Pengalaman tersebut ditulis dalam bentuk jurnal dan diterbitkan ke dalam dua buku.

My Week with Marilyn mengisahkan potongan perjalanan karir Marilyn Monroe (Michelle Williams) saat bekerja sama dengan sutradara dan aktor kawakan Inggris, Laurence Olivier (Kenneth Branagh). Selama proses pengambilan gambar, Marilyn mengalami kesulitan untuk memahami perannya dan bekerja sama dengan pemain dan kru di lokasi. Kondisinya semakin parah ketika suaminya, Arthur Miller (Dougray Scott), meninggalkannya sejenak untuk kembali ke Amerika. Marilyn mengalami gangguan motivasi dan sempat membuat proses syuting terhenti sejenak. Dalam keadaan tersebut, Marilyn mengenal Colin Clark, asisten sutradara film tersebut, yang tergila-gila dengannya. Berada dalam kondisi labil dan kesepian, Marilyn menemukan kenyamanan bersama Colin. Mereka pun menghabiskan waktu bersama dan Marilyn dapat kembali bekerja dengan baik.
Sebagai “bukan siapa-siapa”, Colin mendapatkan peringatan dari banyak orang perihal perilaku Marilyn yang menggoda. Berada nyaris dekat dengan mimpinya, Colin mengabaikan peringatan-peringatan tersebut dan terus menjadi pendamping setia Marilyn.
Bukan Kisah Biografi Sepenuhnya
Ketika membicarakan film biografi, saya langsung teringat dengan The Iron Lady (2011) dan The Lady (2011) yang sama-sama mengangkat kisah hidup dan perjuangan wanita-wanita kuat, Margaret Thatcher dan Aung San Suu Kyi. Film-film tersebut dikemas dengan cara yang berbeda, tetapi sama-sama menyodorkan perjalanan hidup kedua wanita tersebut, lengkap dengan suka dan dukanya.

My Week with Marilyn mungkin dimaksudkan untuk menjadi film biografi walaupun penonton tidak akan mendapatkan kisah mendalam mengenai wanita sensual tersebut; hanya secuil dari perjalanan karir Marilyn—bahkan hanya kisah selama satu minggu yang diceritakan dari sudut pandang orang lain. Saya pribadi tidak akan mengategorikannya sebagai film biografi. Film ini hanya visualisasi dari pengalaman seseorang saat bertemu dan menghabiskan waktu bersama seorang bintang ternama.
Walau tidak menyajikan kisah-kisah menarik dalam hidup Marilyn—hanya satu bagian saja, film ini memiliki kualitas tersendiri dari segi akting. Pemeran Marilyn Monroe, Michelle Williams, membawakan karakter Marilyn dengan—bisa dibilang—nyaris sempurna, membuat seakan-akan aktris seksi tersebut kembali hidup untuk bernyanyi dan berakting di depan kamera. Berkat penampilan primanya tersebut, Michelle meraih berbagai nominasi dan penghargaan, termasuk nominasi sebagai Best Actress di ajang penghargaan tertinggi, Academy Awards ke-84, yang diadakan Februari lalu. Partnernya, Kenneth Branagh, yang juga tampil prima di franchise Harry Potter sebagai Profesor Gilderoy Lockhart, juga mendapatkan nominasi untuk kategori Best Supporting Actor.

Marilyn Monroe mungkin menjadi aktris terkenal dan memiliki jutaan fans pria di dunia yang mengelu-elukan keseksiannya. Namun, kisah hidupnya yang menyedihkan membuat kepopulerannya seakan tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Di film ini, kegelisahan, ketakutan, dan rasa kesepian yang dirasakan Marilyn digambarkan dengan cukup jelas. Begitu juga dengan ketergantungannya dengan obat-obatan yang akhirnya merenggut nyawanya.
Sayangnya, kisah yang diangkat dalam film ini tidak terlalu istimewa untuk membuat film ini menjadi sebuah film biografi yang berkualitas. Jika dibandingkan dengan film biografi lainnya yang sukses menggambarkan kehidupan tokoh utamanya, film ini masih kalah jauh dari pendahulu-pendahulunya. Walau begitu, bagi Anda yang tidak hidup di masa keemasan Marilyn Monroe, bisa sedikit mengenalnya melalui film ini.
Rilis:
23 Desember 2011 (Amerika)
Genre:
drama
Durasi:
99 menit
Sutradara:
Simon Curtis
Pemain:
Michelle Williams, Kenneth Branagh, Eddie Redmayne, Emma Watson
Studio:
The Weinstein Company














