[Review] End of Watch: Drama Polisi yang Ekstra Menegangkan

Selama ini Hollywood gemar menonjolkan sisi keren dari kepolisian Amerika Serikat. Adegan kejar-kejaran berkecepatan tinggi di jalan raya, baku tembak yang menghiasi proses pembekukan gembong narkoba, dan menemukan mitra kerja yang berkhianat kerap menjadi bumbu pilihan dalam film yang mengangkat kisah hidup para polisi. Ledakan yang spektakuler pun jarang dilewatkan. Apakah End of Watch juga menyuguhkan nuansa yang sama?
Film garapan David Ayer (Street Kings) itu mengangkat kisah dua polisi—Brian Taylor (Jake Gyllenhaal) dan Mike Zavala (Michael Peña)—yang menghadapi kejamnya area South Central, Los Angeles, dengan gagah berani. Bahaya dan kekerasan menjadi makanan sehari-hari, dari kasus penembakan oleh salah satu gang, penangkapan seorang pria yang menyimpan beragam senjata api berbalut emas dan berlian, hingga kasus penyelundupan. Tanpa mereka sadari, rangkaian kasus itu justru mengantar mereka ke jejak sebuah kartel Meksiko yang kejam.
Sekadar film bertema polisi biasa?
Sejak film dimulai, diperlihatkan bahwa Taylor gemar merekam setiap kegiatannya saat bertugas dengan Zavala. Kebiasaan Taylor dan Zavala dalam membawa kamera dan merekam setiap kejadian, termasuk TKP, mendapat kecaman dari atasan maupun koleganya. Namun, justru sudut pandang yang disuguhkan oleh kamera-kamera tersebut yang membedakan nuansa End of Watch dibanding film bertema polisi lainnya.

Penggunaan sudut pandang hasil rekaman, seperti dalam Chronicle dan Paranormal Activity, berhasil menarik penonton mendekat ke setiap masalah yang dihadapi kedua tokoh protagonis, serta sejumlah karakter lainnya. Setiap peristiwa dan kekejaman yang ditonjolkan pun terasa lebih nyata. Namun, perlu diingat bahwa End of Watch tidak menonjolkan sisi action, melainkan drama dan hubungan persahabatan antara Taylor dan Zavala.
Karena menonjolkan sisi drama, pada saat-saat tertentu alur cerita End of Watch terasa berjalan sangat lambat. Menariknya, rangkaian panggilan tugas yang dihiasi dengan temuan-temuan mengerikan, serta kekonyolan perilaku maupun percakapan Taylor dan Zavala membuat film itu tetap terasa menarik. Ayer berhasil membangun rasa penasaran dan ketegangan penonton dengan lambat dan pasti.


Dinamika hubungan antara Taylor dan Zavala pun tidak luput dari peran pasangan masing-masing. Kehadiran Natalie Martinez (Death Race) dan Anna Kendrick (50/50) memberi suntikan kisah cinta yang mewarnai kelamnya dunia yang dihadapi dua tokoh utama End of Watch.
Kesimpulannya, End of Watch tidak mengangkat kisah hidup kepolisian AS dalam kemasan standar. Teknik pengambilan gambar yang kadang terasa tidak konsisten—antara sudut pandang hasil rekaman masing-masing karakter dengan standar sudut pandang orang ketiga—justru membawa penonton lebih dekat ke setiap dialog dan peristiwa yang dialami masing-masing karakter. Fokus di sisi drama dan dinamika hubungan persahabatan antara Taylor dan Zavala merupakan nilai yang jarang dieksplorasi dalam film-film serupa. Ayer pun berhasil menonjolkan sisi tersebut dengan sentuhan emosi yang bervariasi.

Saya rasa semua faktor tersebut membuat End of Watch sebagai salah satu film yang patut ditonton. Namun, jangan membawa teman atau saudara Anda yang masih di bawah umur. Gambaran kehidupan polisi di tengah kejamnya area South Central, Los Angeles, yang terasa nyata tentunya tidak luput dari adegan sadistik dan umpatan-umpatan kasar.
Tanggal rilis:
21 September 2012 (AS)
Genre:
Drama, crime, thriller
Durasi:
109 menit
Sutradara:
David Ayer
Pemeran:
Jake Gyllenhaal, Michael Peña, Anna Kendrick
Studio:
Exclusive Media Group

















