Kelas Sejarah Australia Mengatakan Bahwa Revolusi Rusia Dibantu Oleh … BattleMech?

Saat siswa SMA Australia membuka soal ujian sejarah minggu lalu, mereka menemukan bahwa Revolusi Rusia tahun 1917 didukung oleh BattleMech, tepatnya sebuah Zentraedi Glaug. Hampir 6000 siswa mengikuti ujian VCE dihadapkan pada pertanyaan seputar lukisan Nikolai Kochergin tentang Revolusi Rusia. Namun, siapapun yang bertugas menyusun lembar ujian itu salah menempatkan gambar hasil photoshop di atas.

Memang, jika Anda mencari lukisan tersebut di Google Image Search, maka gambar yang hasil photoshop keluar paling atas. Departemen pendidikan Australia sendiri sudah memohon maaf atas kesalahan ini.
Tak sampai seminggu sebelumnya, sebuah stasiun televisi di Denver, Amerika Serikat, melakukan kesalahan serupa. Stasiun itu bermaksud menayangkan sampul buku biografi karangan Paula Broadwell yang berjudul “All In”. Apesnya, yang muncul adalah sampul buku yang sudah diselewengkan, menjadi berjudul “All Up In My Snatch” (Penyusup Dalam V****a Saya).

Sama seperti kasus pertama di atas, stasiun televisi itu langsung melayangkan permohonan maaf sambil menyebutkan kesalahan pencarian saat menggunakan Google Image Search. Tentu saja, bukan search enginenya yang salah, tetapi manusia yang menggunakannya. Kesalahan tayang ini sudah dapat dipastikan berujung pemecatan seseorang di stasiun televisi itu.
Namun, kedua kasus di atas tidak berdampak sebesar kasus Neda Soltani.

Tahun 2009, seorang wanita bernama Nedā Āghā-Soltān (bawah kanan) tewas tertembak peluru nyasar dalam sebuah protes di Iran. Kematiannya terekam dalam video ponsel, yang kemudian membuatnya terkenal sebagai martir pergerakan tersebut. Tak lama kemudian, foto Neda dijunjung-junjung oleh pemrotes di Iran sebagai inspirasi.
Permasalahannya, foto yang dijunjung adalah foto yang salah. Saat mencari foto korban, pemrotes menemukan profil Facebook Neda Soltani lain (bawah kiri) yang merupakan dosen universitas dan masih sehat walafiat. Neda sendiri sudah berusaha keras mengoreksi kesalah itu, tetapi tetap gagal. Dalam hanya 12 hari, Neda terpaksa mengungsi meninggalkan Iran karena ia dituduh pemerintah berkomplot memalsukan video penembakan untuk menyulut protes. Neda kini tinggal di Jerman setelah menerima suaka politik.

Apakah kita masih bisa mempercayai search engine Google? Pernahkan Anda menemukan hasil Google yang keliru?