Review Sony Xperia Z: Smartphone Android Quad Core dengan Exmor RS serta Tahan Debu dan Air
Daya Tahan Baterai
Kami melakukan total dua kali pengujian terhadap daya tahan baterai Sony Xperia Z. Hasilnya adalah smartphone ini dapat memutar file video dengan format .MP4 secara terus-menerus selama 4 jam 23 menit. Hal ini kami lakukan dengan menyalakan fungsi mobile Bravia Engine 2. Hasil seperti ini didapat dengan menggunakan baterai standar Sony Xperia Z yang memiliki kapasitas sebesar 2330 mAh.

Sony memiliki sebuah feature penghemat baterai yang bernama STAMINA. Fungsi ini akan mematikan seluruh koneksi internet pada saat smartphone ada dalam keadaan idle. Uniknya, pengguna dapat melakukan modifikasi terhadap STAMINA sehingga dapat menghemat baterai tanpa harus terputus dari internet. Tentang bagaimana STAMINA bekerja dapat Anda baca pada blog developer Sony Mobile.
Benchmark
Kami menggunakan beberapa aplikasi benchmark dan sebuah benchmark untuk browser. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui seberapa baik hardware yang dimiliki sebuah smartphone atau tablet. Walaupun begitu, hasil benchmark belum tentu menandakan kencang atau tidaknya performa keseluruhan. Hal tersebut bergantung kepada tingkat optimalisasi produsen dari segi software terhadap hardware-nya. Saat tablet atau smartphone teroptimalisasi dengan benar, seharusnya kinerja berbanding lurus dengan hasil benchmark tersebut.
Aplikasi benchmark yang kami gunakan dapat diunduh secara gratis. Di pengujian kali ini dan seterusnya, kami akan menggunakan aplikasi benchmark yang dapat dipakai semua orang. Untuk Benchmark suite, kami menggunakan AnTuTu Benchmark serta Quadrant Standard 2.0 yang juga dapat diunduh secara gratis di Google Play. Sebagai pembanding, kami menghadirkan Smartphone dengan chipset NVIDIA Tegra 3, Samsung Exynos 4412, MediaTek MT6577, dan Sony Xperia V yang menggunakan MSM8690.
Pada kali ini pula, kami memasukkan aplikasi GLBenchmark 2.7 serta 3DMark Ice Storm sebagai standar pengujian baru kami. Sayangnya, saat melakukan pengujian, Sony Xperia Z mengalami throttling akibat kepanasan. Nilai Antutu pun turun sekitar 4000-5000 poin dari yang kami dapatkan. Sepertinya ini merupakan sebuah PR bagi Sony untuk memperbaiki sistem pendingin pada smartphone berikutnya di masa depan.
Catatan Penting:
Patut diperhatikan bahwa pada sebagian besar smartphone dan tablet, performa dalam ukuran fps (frame per second) akan tertahan pada kisaran 55-60an fps. Hal ini bisa disebabkan karena ada Vsync pada 60 Hz yang menjaga agar tampilan tidak menjadi rusak akibat efek tearing.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karena Sony Xperia Z menggunakan layar beresolusi tinggi, otomatis sebagian besar benchmark yang menggunakan kemampuan tampilan (3D dan game) akan menjadi sedikit lebih berat. Hal ini diakibatkan semua benchmark “terpaksa” berjalan pada resolusi native pada Sony Xperia Z yang tergolong tinggi.
GLBenchmark 2.5.1 dan 2.7


Kami menggunakan aplikasi GLBenchmark versi 2.5.1 dan 2.7. GLBenchmark merupakan sebuah aplikasi benchmarking GPU untuk menguji kinerja OpenGL ES 1.0 dan 2.0 untuk Android dan iPhone. Semakin tinggi hasil yang didapat, semakin baik sebuah GPU dalam menangani OpenGL ES yang banyak dipakai untuk game di platform Android.
Nenamark 1 dan 2



Nenamark pertama dan kedua merupakan salah satu benchmark yang menguji kinerja OpenGL ES 2.0 sebuah smartphone. Perbedaan kedua benchmark tersebut terdapat pada jumlah penggambaran segitiga, di mana pada Nenamark 2 lebih banyak sehingga hasilnya lebih berat. Engine Nenamark ini juga dipakai pada game buatan mereka sendiri yang bertemakan Pinball.
LinPack Benchmark


LinPack merupakan benchmark untuk mengukur kinerja sebuah perangkat dalam menghitung floating point. Hasilnya dalam bentuk nilai operasi floating point per detik atau MFLOPS (Million Floating Point Per Second). Semakin tinggi nilainya, semakin baik. Kami cukup terkejut dengan hasil seperti ini.
3DMark Ice Storm



Futuremark merupakan sang pencipta aplikasi benchmark 3DMark. Dengan 3DMark Ice Storm, kita dapat melakukan komparasi GPU mulai dari perangkat smartphone sampai dengan komputer. Hasilnya pun menurut janji sang produsennya dapat dibandingkan. Dua benchmark yang dilakukan adalah versi standar dan extreme. Versi extreme akan memaksa smartphone untuk melakukan rendering pada resolusi di atas Ice Storm standar.