Review Samsung Galaxy S4: Smartphone Android Kencang dengan Feature Terlengkap
Daya Tahan Baterai
Kami melakukan total dua kali pengujian terhadap daya tahan baterai Samsung Galaxy S4. Hasilnya adalah smartphone ini dapat memutar file video dengan format .MP4 secara terus-menerus selama 9 jam 25 menit. Hal ini kami lakukan dengan menyalakan fungsi Adapt Display dan mematikan fungsi Power Saving Mode pada Setting. Hasil seperti ini didapat dengan menggunakan baterai standar Samsung Galaxy S4 yang memiliki kapasitas sebesar 2600 mAh.

Samsung yang memiliki baterai berkapasitas besar ini juga mengimplementasikan fungsi penghemat daya. Feature ini dinamakan Power Saving Mode. Dengan fungsi ini dinyalakan, Samsung akan lebih sering menggunakan quad core Cortex A7-nya dibandingkan dengan Cortex A15-nya. Hal ini bisa jadi membuat baterai lebih dapat bertahan lama karena empat core Cortex A7 sendiri merupakan prosesor hemat daya.
Benchmark
Kami menggunakan beberapa aplikasi benchmark dan sebuah benchmark untuk browser. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui seberapa baik hardware yang dimiliki sebuah smartphone atau tablet. Walaupun begitu, hasil benchmark belum tentu menandakan kencang atau tidaknya performa keseluruhan. Hal tersebut bergantung kepada tingkat optimalisasi produsen dari segi software terhadap hardware-nya. Saat tablet atau smartphone teroptimalisasi dengan benar, seharusnya kinerja berbanding lurus dengan hasil benchmark tersebut.
Aplikasi benchmark yang kami gunakan dapat diunduh secara gratis. Di pengujian kali ini dan seterusnya, kami akan menggunakan aplikasi benchmark yang dapat dipakai semua orang. Untuk Benchmark suite, kami menggunakan AnTuTu Benchmark serta Quadrant Standard 2.0 yang juga dapat diunduh secara gratis di Google Play. Sebagai pembanding, kami menghadirkan Smartphone dengan chipset NVIDIA Tegra 3, Samsung Exynos 4412, Qualcomm MSM8690, dan Qualcomm APQ8064.
Catatan Penting:
Patut diperhatikan bahwa pada sebagian besar smartphone dan tablet, performa dalam ukuran fps (frame per second) akan tertahan pada kisaran 55-60an fps. Hal ini bisa disebabkan karena ada Vsync pada 60 Hz yang menjaga agar tampilan tidak menjadi rusak akibat efek tearing.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah karena Samsung Galaxy S4 menggunakan layar beresolusi tinggi, otomatis sebagian besar benchmark yang menggunakan kemampuan tampilan (3D dan game) akan menjadi sedikit lebih berat. Hal ini diakibatkan semua benchmark “terpaksa” berjalan pada resolusi native pada Samsung Galaxy S4 yang tergolong tinggi.
GLBenchmark 2.7

Kami menggunakan aplikasi GLBenchmark 2.7. GLBenchmark merupakan sebuah aplikasi benchmarking GPU untuk menguji kinerja OpenGL ES 1.0 dan 2.0 untuk Android dan iPhone. Semakin tinggi hasil yang didapat, semakin baik sebuah GPU dalam menangani OpenGL ES yang banyak dipakai untuk game di platform Android.
Nenamark 1 dan 2



Nenamark pertama dan kedua merupakan salah satu benchmark yang menguji kinerja OpenGL ES 2.0 sebuah smartphone. Perbedaan kedua benchmark tersebut terdapat pada jumlah penggambaran segitiga, di mana pada Nenamark 2 lebih banyak sehingga hasilnya lebih berat. Engine Nenamark ini juga dipakai pada game buatan mereka sendiri yang bertemakan Pinball.
LinPack Benchmark


LinPack merupakan benchmark untuk mengukur kinerja sebuah perangkat dalam menghitung floating point. Hasilnya dalam bentuk nilai operasi floating point per detik atau MFLOPS (Million Floating Point Per Second). Semakin tinggi nilainya, semakin baik. Kami cukup terkejut dengan hasil seperti ini.
3DMark Ice Storm



Futuremark merupakan sang pencipta aplikasi benchmark 3DMark. Dengan 3DMark Ice Storm, kita dapat melakukan komparasi GPU mulai dari perangkat smartphone sampai dengan komputer. Hasilnya pun menurut janji sang produsennya dapat dibandingkan. Dua benchmark yang dilakukan adalah versi standar dan extreme. Versi extreme akan memaksa smartphone untuk melakukan rendering pada resolusi di atas Ice Storm standar.