Blackberry “Hanya” Merugi Rp 830 Miliar
Perusahaan pembuat smartphone Blackberry mengumumkan, kembali mengalami kerugian sebesar US$ 84 juta atau setara Rp 830 miliar. Kendati demikian, Blackberry berhasil menurunkan angka kerugiannya. Pada kuartal yang sama pada tahun lalu, Blackberry sempat merugi US$ 518 juta atau setara kehilangan US$ 99 sen per saham.

Kerugian Blackberry awal tahun Ini disebabkan oleh tingginya marjin bisnis layanan, biaya penyediaan data Blackberry, dan layanan keamanan untuk pelanggan. Rugi bersih US$ 84 juta ini setara dengan kerugian mencapai US$ 16 sen per saham. Berbeda dari tahun lalu, kerugiannya itu sebagian besar disebabkan oleh proses PHK ribuan karyawannya yang menelan biaya hampir US$ 350 juta.
Perusahaan yang berbasis di Kanada itu juga mengatakan, akan tetap mengalami kerugian operasional hingga kuartal berikutnya, September ke depan. Pengumuman tersebut diiringi oleh anjloknya harga saham Blackberry 27,8 persen menjadi US$ 10,46 per saham pada penutupan di bursa Nasdaq, Jumat waktu setempat. Walau begitu, posisi kas Blackberry naik menjadi US$ 3,1 miliar per 1 juni atau naik sekitar US$ 200 juta dari kuartal terakhir tahun lalu. selain itu, perusahaan pun dalam posisi sedang tidak berhutang.
“Kami tidak duduk di sini untuk dirusak atau dihancurkan. Dalam pandangan saya, mengingat di mana kita berada dalam portofolio dan roll-out yang sebenarnya itu baik.” Chief Executive Blackberry Thorsten Heins dalam sebuah wawancara dengan Routers.

BlackBerry mengatakah telah melakukan pengapalan sebanyak 6,8 juta smartphones pada kuartal I tahun ini, atau lebih tinggi 13 persen dari kuartal sebelumnya. Pegiriman itu termasuk 2,7 juta perangkat BB10. Jumlah tersebut, ternyata meleset dari perkiraan analis. Sebelumnya mereka menyatakan, pengiriman perangkat BB10, yakni Z10 dan Q10 bakal melebihi 3 juta unit.
BlackBerry telah meluncurkan tiga smartphone baru BB10, yakni Z10, Q10, dan Q5. Blackberry Q5 sendiri yang merupakan perangkat BB10 ber-keyboard dengan harga yang lebih murah dan ditargetkan untuk pasar negara berkembang.
Akhir tahun nanti, pihaknya juga berencana memnurunkan harga smartphone yang berjalan pada platform lama, yakni BB 7. Ini dilakukan untuk menjaga pangsa pasar di negara berkembang yang kini tengah dibanjiri oleh berbagai perangkat murah.
(sumber: Reuters)