Microsoft Tagih Janji Bea Cukai AS Larang Impor Perangkat Motorola
Microsoft menuduh lembaga Bea Cukai Amerika Serikat telah mengabaikan perintah pengadilan tahun lalu, yakni melarang berberapa perangkat Motorola yang telah melanggar paten untuk masuk ke Amerika.

Pada pertangahan 2012 lalu, Komisi Perdagangan Internasional (ITC) Amerika Serikat mengeluarkan larangan impor, setelah Motorola terbukti bersalah di pengadilan, melanggar hak paten nomor 6.370.566 tahun 1998, yakni ActiveSync Exchange. Sistem itu, ialah sinkronisasi jadwal di kalender ponsel ke komputer yang berada dalam server microsoft. Dari 11 hak paten disengketakan, hanya itu yang dimenangkan oleh pihak Microsoft.
Dalam pengaduan terbarunya itu juga, Microsoft menuduh Google, sebagai pemilik Motorola, telah melakukan pertemuan rahasia dengan para pejabat Bea Cukai. Pertemuan itu, klaim Microsoft, meminta agar ponselnya yang telah melanggar paten agar tetap dapat lolos masuk ke AS.
“Bea Cukai memiliki tanggung jawab yang jelas untuk melaksanakan keputusan ITC, setelah keputusan yang dicapai lewat pengadilan penuh dan hukum yang ketat. Di sini Bea Cukai berulang kali mengabaikan kewajibannya dan melakukan diskusi rahasia (dengan pihak Motorola),” tegas David Howar, Microsoft Deputy General Counsel, dilansir dari Bloomberg.
Kini, Microsoft sedang menyentuh jalur hukum, menggugat lembaga Bea Cukai AS. Mereka minta Bea Cukai untuk menepati janjinya. Terdapat 18 perangkat Motorola, baik smartphone maupun tablet yang dilarang masuk. Itu meliputi Motorola Atrix, Backflip, Bravo, Charm, Cliq, Cliq 2, Cliq XT, Defy, Devour, Droid 2, Droid 2 Global, Droid Pro, Droid X, Droid X2, Flipout, Flipside, Spice, dan Xoom.

“Badan Bea Cukai AS sewajarnya telah menolak upaya Microsoft untuk memperluas klaim patennya untuk memblokir masuk (ponsel Motorola) ke Amerika,. Kami yakin bahwa pengadilan akan setuju,” sanggah Matt Kallman, juru bicara Google yang enggan mengomentari lebih jauh tentang pertemuan rahasianya dengan pihak Bea Cukai AS.
Sebelumnya, pihak Motorola telah menyakinkan lembaga ITC bahwa perintah larangan impor itu tidak akan berlaku bila sinkronisasi ponsel Motorola tidak lewat server Microsoft tapi melalui Google. Selain itu, Google minta diberikan tenggang waktu agar dapat melakukan perubahan. sayangnya, kedua permintaan itu ditolak oleh ITC.
Bila Larangan ini ditegakan sepenuhnya, itu juga akan berpengaruh terhadap semua smartphone Android keluaran Motorola yang dirakit di luar AS dan masih menggunakan fitur ActiveSync Exchange. Ada kemungkinan perintah larangan itu tidak mempan, bila sistem ActiveSync Exchange yang tertanam di perangkat Motorola telah dihapus.
Namun tidak diketahui pasti, apakah smartphone andalan baru hasil kolaborasinya dengan Google, Moto X yang akan diluncurkan tahun ini juga kebal dari pelarangan. Sebab, perakitan Moto X sendiri dilakukan di Amerika Serikat.